Belum lama ini Jogjakarta dilanda bencana meletusnya Gunung Merapi, yang mungkin dapat dikatakan sempat membuat Jogja lumpuh untuk beberapa waktu. Kota wisata yang terkenal dengan keramahan masyarakatnya dan juga keindahan budayanya ternyata memiliki sebuah aura yang secara tidak sadar kita rasakan. Sebut saja 'aura berjalan'.
Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya pribadi, tidak tahu apakah parah rekan sekalian merasakan hal yang sama dengan apa yang saya rasakan. Di Jogja, terlepas dari keadaan ekonomi yang kita punya untuk menggunakan angkutan umum, orang-orang cenderung untuk berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain, bila tempatnya tidak terlalu jauh. Perasaan yang timbul saat kita berjalan pun berbeda jika kita berjalan di kota Jakarta yang penuh sesak ini. Mungkin hal ini diakibatkan karena perbedaan tingkat polusi yang ada antara Jogja dengan Jakarta.
Berjalan ini pun sebisa mungkin saya lakukan di Jakarta. Biasanya saya melakukan kegiatan berjalan ini dengan mindset "anggap saja di Jogja". Walaupun keadaan memang sangat berbeda, yang bahkan polusinya dapat kita rasakan melalui hidung kita, saya tetap mengingat Jogjakarta jika ingin berjalan. Yah, walaupun kehidupan kita di kota ini sudah dipermudah dengan adanya kendaraan pribadi, toh tidak buruk juga untuk berjalan. Selain dapat menyehatkan, kita juga setidaknya ikut berpartisipasi dalam meminimalisasi pemanasan global. Mengenai Jogja, Jogja sungguh memiliki keindahan yang sangat menarik. Mungkin saya akan terus mengunjungi kota yang indah itu.
Sekianlah tulisan sederhana nan singkat ini. Wassalam