WINDY WIDYA ARTHA MANGGALI/191241186
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau, DEN-4 yang ditularkan melalui gigitan langsung oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita DBD lainnya. DBD dapat menyebabkan komplikasi serius dan kematian jika tidak ditangani dengan baik. Di Indonesia, kasus DBD telah menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan masyarakat. Artikel ini akan membahas berbagai strategi kesehatan masyarakat yang dapat diterapkan untuk menghadapi tantangan penyakit DBD.
Strategi  pemerintah  dalam  menanggulangi  penyebaran  penyakit  demam  berdarah dengue  (DBD)  merupakan upaya  yang  penting  dalam  menjaga kesehatan  masyarakat.  Meskipun  telah  dilakukan  berbagai  langkah,  terdapat  beberapa aspek  yang  perlu  diperhatikan  ,  yakni  : 1). Evaluasi efektivitas strategi penting untuk mengevaluasi efektivitas dari setiap strategi yang telah diterapkan.  Evaluasi  ini  mencakup  penilaian  terhadap  tingkat  penurunan  kasus  DBD, efisiensi penggunaan sumber daya, dan dampak program terhadap kesehatan masyarakat secara keseluruhan. 2). Partisipasi Masyarakat: Partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam  keberhasilan  program  dalam pencegahan  DBD.  Oleh  karena  itu,  perlu  dilakukan  upaya untuk   meningkatkan   kesadaran   dan   partisipasi   masyarakat   dalam   kegiatan pemberantasan  sarang  nyamuk,  pencegahan  gigitan nyamuk,  dan  pelaporan kasus  DBD. 3). Koordinasi Antarlembaga: Koordinasi yang baik antara lembaga pemerintah,  lembaga  kesehatan,  dan  pemangku  kepentingan  lainnya  merupakan  kunci dalam kesuksesan implementasi strategi pemerintah. Diperlukan mekanisme yang efektif untuk memfasilitasi koordinasi dan kolaborasi lintas-sektor dalam penanggulangan DBD. 4). Keterlibatan swasta dan organisasi Masyarakat: Selain pemerintah, keterlibatan sektor swasta  dan  organisasi  masyarakat  juga  dapat  meningkatkan  efektivitas  program. 5). Pemberantasan sarang nyamuk: Strategi utama dalam mengendalikan DBD adalah mengurangi populasi nyamuk vektor. Ini dapat dicapai melalui berbagai metode seperti penghapusan tempat Perkembangbiakan dengan cara masyarakat diimbau untuk menghilangkan tempat-tempat penampungan air yang dapat menjadi sarang untuk nyamuk, seperti bak mandi, wadah penyimpanan air, dan pot tanaman, penggunaan larvasida dilakukan dengan penerapan larvasida pada sumber air yang tidak bisa dihilangkan untuk membunuh larva nyamuk, pemantauan dan pemeriksaan berkala yaitu melakukan pemantauan rutin di area rawan untuk memastikan tidak ada tempat berkembangbiak nyamuk. 6). Edukasi dan Peningkatan kesadaran masyarakat dengan edukasi masyarakat sangat penting dalam pencegahan DBD. Kampanye kesehatan yang efektif melibatkan penyuluhan kesehatan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai cara-cara pencegahan, gejala DBD, dan pentingnya pengendalian nyamuk.
Menghadapi tantangan penyakit demam berdarah juga memerlukan pendekatan multi-sektoral dan koordinasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga kesehatan. Strategi yang meliputi pemberantasan sarang nyamuk, edukasi masyarakat, pengendalian vektor, serta surveillance dan penanggulangan kasus harus diterapkan secara terpadu untuk mengurangi dampak penyakit ini. Melalui upaya bersama, diharapkan dapat menurunkan angka kejadian DBD dan meningkatkan kualitas pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan karena gejalanya dapat mengancam dan memperburuk sistem kekebalan tubuh yang lemah.
KATA KUNCI: Demam, Nyamuk, Pemberantasan, Penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Fadjari, Trinugroho H. (2008). Demam Berdarah. Yogyakarta: Bentang
Karniawati, Nia., 2024. Strategi  Pemerintah dalam  Menanggulangi  Penyebaran  Penyakit  Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung. Journal of Administration, Governance, and Political Issue, 1(1), pp. 59-64
Widhiastuti, M. D., & Suprihatin, S. (2020). Strategi Pemberantasan Nyamuk Aedes aegypti untuk Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 15(2), pp. 123-130.