Kabarmu sedang hiruk pikuk
Tak luput dari Kaliyuga
Indahmu seakan sirna, hilang dibawa angkara murka
Diterkam nafsu duniawi underground!
.
Salam Bakti, Nuswantara
Kau tak patut risau tentang apa pun
Nama agungmu tetap bergema dalam nuraniku
Bagiku, senyummu tetap berpendar indah
Menembus mega, menyapa tiap lapis bumi
Bintang-bintang dan kosmik ceria memandangmu
.
Salam Kasih, Nuswantara
Bilur-bilur luka menganga tak akan pernah menggoyahkan kharismamu
Engkau tetap megah mewah dalam untai cahaya cintaNya
Sejarahmu tetap masyur tak terelakkan
Tersenyum dan bermegahlah di atas tanahmu!
.
Ijinkan aku menari Gambyong
Ijinkan aku berdendang Sajojo
Menari Jaipongan dan Tarian Yapong
Ijinkan aku memaknai Batik
Bernyanyi Yamko Rambe Yamko
Mengikuti gerak Tari Legong
Ijinkan pula aku seberangi Seribu Sungai
Bersenyumkan Bubuy Bulan
Mengayunkan ritual syukur atas panenan dengan iringan Bangbung Hideung
Lalu kembali senandungkan Yen Ing Tawang Ana Lintang
.
Ini lintangmu!
Lepaskanlah luka-lukamu akibat hiruk pikuk menyakitkan itu!
.
Sebab, ini tanah airmu
Bila kau diam, bukan berarti tak mengerti dan tak sanggup merasakan perih
Bukan pula tak menitikkan air mata
Air matamu telah menjadi Sungai Keabadian, mata airnya cinta bagi para waskitha
Diubah menjadi Sungai Berkah demi lestari
Dalam senja penuh debu gersang menjadi oase murni kehidupan
.
.
Nuswantara, apa pun terjadi, aku tetap mencintaimu hingga babak belur. Lihat kelopak kemuning ini tebarkan harumnya malam ini.