Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Ini Namanya Emansipasi “Waria” atau “Wanita”...????

7 Oktober 2010   07:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38 563 0

Kini sepertinya populasi manusia bertambah satu jenis lagi. Seperti yang kini banyak sekali muncul dan semakin berkembang yaitu waria atau lebih jelasnya lagi wanita dari pria alias banci. Semakin hari komunitas banci semakin pesat dikalangan kota, seperti kota yang saya tinggali...”JOGJA”.

Jogja yang dahulunya terkenal dengan kota pelajar sepertinya julukan itu telah luntur untuk kotaku. Kini kota sejuta kampus dan sejuta keindahan ini tak jauh beda dengan kota JAKARTA. Sekarang Jogja macet dimana-mana, banjir dimana-mana, gelandangan dimana-mana, dan karena moral tak diajarkan sepenuhnya akhirnya pun terlahirlah banyak waria dari pria-pria tak tau malu.

Kalau kata orang-orang emansipasi wanita tuh perjuangan wanita agar tidak dibeda-bedakan dengan pria, meskipun wanita mereka tetap bekerja keras layaknyas pria untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dan sekarang pun tidak sedikit wanita yang bekerja keras layaknya laki-laki. Mereka menjadi kuli bangunan, menjadi montir, menjadi supir, bahkan menjadi tukang parkir.

Bagaimana dengan yang satu ini...???? pria berpenampilan layaknya wanita, dengan sepatu wedges, gaun, payudara palsu, dan make up tebal seperti artis. Mereka juga bekerja keras untuk mencukupi hidupnya. Mereka menjadi capster di salon, mengamen, menari dan bernyanyi didepan kaca mobil di berhentian lampu-lampu merah. Menurut saya mereka cukup menghibur para pengendara yang berhenti untuk menunggu lampu hijau menyala. Selain itu ada juga waria yang berprofesi menjadi penari ludruk berkeliling dari rumah ke rumah di perkampungan dan menari ludruk untuk mencari uang. Namun banyak pula waria yg mencari nafkah dengan menjajakan tubuhnya kepada laki-laki homoseksual. Waria ada pula yang menjadi artis seperti Dorce, meskipun dia telah operasi kelamin namun tetap saja dia pria.

Namun dari sekian banyak sisi negatif dari waria tapi saya yakin pasti ada sisi positif dari mereka. Saya yakin menjadi waria bukanlah pilihan buat mereka, tapi juga bukan takdir buat mereka. Hanya saja mereka salah menempatkan diri mereka. Pada dasarnya Tuhan menciptakan segala hal dengan tujuan dan manfaat masing-masing. Tergantung pada diri kita sanggup menempatkan diri kita atau tidak.

Jika wanita bekerja keras bisa kita sebut emansipasi wanita, lalu apakah para waria yg juga bekerja keras untuk mencukupi hidupnya bisa juga kita sebut dengan emansipasi waria.....??????

Adakah upaya kita sebagai makhluk sosial peduli pada mereka sebelum waria tumbuh semakin banyak di negara tercinta kita ini. Karena keberadaan mereka jika semakin bertambah banyak juga akan menimbulkan sisi negatif untuk moral anak bangsa yang juga sebagai penerus generasi bangsa agar bangsa ini semakin maju dan berkembang.

Dan khususnya untuk anak Jogja seperti saya, dapatkah kita mengembalikan nama yang kita miliki yaitu “kota pelajar” yang sudah luntur karena prestasi kita yang menurun, karena moral kita yang semrawut, karena kita suka tawuran, berantem, dan juga karena tumbuh komunitas2 yang negatif dimasyarakat seperti yang disebut dengan gank, misalnya : humoriest, qzruh, geng motor dan lain sebagainya. Sebenarnya bersahabat dan mencari teman tidak harus dengan cara seperti itu karena dengan cara seperti itu juga menimbulkan dampak buruk bagi diri kita, yang seharusnya kita takut untuk bertengkar karena takut urusan dengan polisi namun karena kita merasa punya genk kita jadi berani untuk melakukan hal merugikan orang lain tersebut.

Selain itu lahirnya penyakit masyarakat yang berkembang pesat seperti waria dan PSK juga mengakibatkan kwalitas kota jogja menurun dan mereka juga sangat mencoreng nama kita sebagai kota pelajar dan kota berbudaya.

Maka dari itu kini hanya dengan kesadaran kita masing-masinglah, kita mampu membangun kota kita ini menjadi lebih baik lagi. Buktikan kepada Indonesia dan Dunia kalau Jogja mampu berkembang dengan prestasi yang positif, dan tunjukan pada semuanya kalau “JOGJA MEMANG ISTIMEWA”.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun