Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Bintang Debat Bernama JK

11 Juni 2014   03:39 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:18 142 10
BINTANG debat itu bernama Muhammad Jusuf Kalla. Penampilan Cawapres (pasangan Capres Joko Widodo) nomor urut 2 itu, dalam acara Debat Capres-Cawapres babak pertama, Senin (9/6), di Balai Sarbini, Jakarta, mengundang decak kagum. Malam itu, JK terlihat tampil matang, mengungguli pasangan nomor urut 1 Capres Prabowo Subianto-Cawapres Hatta Rajasa, juga Capres Jokowi, pasangannya dalam Pilpres 2014.

Debat yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), itu salah satu tahapan dalam Pilpres 9 Juli 2014. Pada debat pertama, topiknya Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih, dan Kepastian Hukum. Hadir dua pasangan capres-cawapres, Prabowo-Hatta yang mengenakan kemeja putih dan Jokowi-Jusuf Kalla, berjas hitam, kemeja putih, dan dasi merah. Kedua pasangan menjalani enam sesi debat, dengan pola tanya-jawab masing-masing yang diajukan moderator. Satu sesi, kandidat mengajukan pertanyaan ke kandidat lawan.

Nah, dengan kematangannya, Jusuf Kalla terlihat lebih menguasai panggung debat yang dimoderatori Zainal Arifin Mochtar, Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) itu. Mantan Wapres RI (2004-2009) ini, terlihat lebih tenang dalam menguraikan gagasan, atau menjawab pertanyaan. Juga saat mengajukan pertanyaan kepada pasangan Capres Prabowo-Cawapres Hatta.

Tidak heran kalan pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia (UI) Effendi Ghazali, menilai Jusuf Kalla menjadi man of the match debat calon presiden dan wakil presiden, Senin malam itu.

"Jawaban JK lebih down to earth dan santai. Bahkan dia berani melakukan serangan-serangan," ujar Effendi Ghazali, seusai menyaksikan acara itu, di Balai Sarbini, Jakarta, Senin malam. (Tribunnews.com, Selasa, 10 Juni 2014).

Ya, benar, tiga lainnya, Prabowo Subianto, Hatta Rajasa, dan juga Joko Widodo, dalam penilaian Effendi Ghazali, masih mengeluarkan pernyataan yang cenderung normatif, berputar-putar, serta tidak dapat diterima secara bulat oleh masyarakat. Soalnya, argumen mereka tidak langsung ke inti persoalan, sehingga masih perlu dicerna lebih jauh.

Yang mengagetkan, penampilan Prabowo Subianto. Entah kenapa bekas Danjen Kopassus itu terlihat agak nervous, tegang, seperti menyimpan beban untuk tampil bagus. Puncaknya, bekas mantu Presiden Soeharto itu, nyaris kehilangan kendali saat mendapat pertanyaan masalah HAM dari Jusuf Kalla. Kelihatan sekali mantan Letjen itu, gusar mendapat pertanyaan, yang mestinya sepele dan bisa dijawab lebih lugas.

"Saya lihat Prabowo yang sedikit agak tegang," kata Effendi Ghazali.

Kalau saja Prabowo menjawab lebih tenang, boleh jadi simpati akan mengalir. Ketua Tim Kampanye Prabowo-Hatta, Mahfud MD, dalam wawancaranya dengan TV One, Selasa (10/6) siang, juga mengakui kegagalan Prabowo dalam sesi tanya jawab itu. Padahal, kata Mahfud, jawabnya simpel. Prabowo bisa bertanya balik ke JK, pelanggaran HAM yang mana? Bisa saja pemberantasan PKI 1965, Kasus Talangsari, Semanggi, Kasus Trisakti, dan lain sebagainya.

Peneliti dari Indonesia Institute for Develpoment and Democracy (Inded) Arif Susanto juga menyebut Jusuf Kalla bintangnya acara debat itu.

"JK itu bintang debat tadi malam karena pengalamannya dalam kontestasi. Artikulasinya lebih jelas," ujar Arif Susanto dalam diskusi Evaluasi Debat Capres-Cawapres di kedai kopi, Thamrin, Jakarta, Selasa (10/6).

Arif juga secara khusus mencatat penampilan JK yang mempertanyakan terkait Hak Asasi Manusia (HAM) kepada pasangan nomor Urut Satu, Capres Prabowo Subinto-Cawapres Hatta Rajasa. Intonasi JK dinilai tertata rapi, sehingga menambah nilai tersendiri. Pokoknya JK unggul.

Emerson Yuntho, aktivis Indonesia Courption Watch (ICW) juga menganggap yang paling siap pada debat capres-cawapres Senin malam itu, memang JK. Ia mengatakan, pasangan Jokowi-JK, walau tidak detail, namun mempunyai visi ke depan, yakni pemerintah bersih dengan membangun sistem, dan mempunyai gambaran bagaimana menjadi Indonesia bersih.

Yang membuat duet Jokowi-JK lebih mendapat simpati publik, karena penyampaiannya lebih jernih, langsung ke pokok persoalan, seperti diungkapkan Effendi Ghazali itu. Pengamat politik Yunarto Wijaya juga menilai gagasan yang disampaikan Jokowi-JK lebih bersifat mikro, dengan pendekatan fakta. Gagasan Prabowo-Hatta lebih merupakan wacana besar, yang masih memerlukan deskripsi lebih lanjut. Jadi, masih memerlukan percernaan lebih jauh untuk memahaminya.

Itu juga yang dilihat Ketua Institut Hijau Indonesia (IHI) dan Inisiator Gerakan Dekrit Indonesia, Chalid Muhammad. Menurut aktivis lingkungan ini, pasangan Jokowi-JK lebih detail menjawab pertanyaan moderator ketimbang pasangan Prabowo-Hatta. Antara lain, Jokowi-JK menjawab terkait masalah korupsi, yaitu dengan membangun sistem yang baik terlebih dahulu.

Publik perlu jawaban lugas, tanpa bumbu, untuk membangun simpati dan kepercayaan dari akar rumput. Dari sejumlah survei, masyarakat yang belum menentukan pilihan, atau malah cenderung golput, masih banyak. Mereka masih perlu diyakinkan oleh masing-masing pasangan peserta Pilpres 2014 itu. Kalau mereka tak bisa meyakinkan publik dalam debat-debat selanjutnya, jangan harap bisa memenangkan pertarungan.

Jadi, salut untuk Jusuf Kalla, juga Joko Widodo yang seperti kata Chalid Muhammad, telah memenangkan debat pertama.

"Ya, di media sosial skornya 5-0 untuk Jokowi-JK," kata Chalid Muhammad, dalam diskusi bertajuk , di Kedai Kopi Deli, Thamrin, Jakarta, Selasa (10/6).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun