Setelah mengikuti shalat magrib, aku berjalan mengikuti panduan Google Map untuk menikmati makan malam di rumah makan Niaga. Sebuah rumah makan masakan khas Padang yang tak jauh dari masjid ini, cukup jalan kaki kearah kiri, setelah bertemu jalan raya belok kiri lagi.
Di pintu masuk sebelah kanan tampak etalase berisi lauk siap saji, saat masuk ke ruagan disambut dengan ruangan menampilkan warna-warna cerah hijau, kuning, merah dan pink. Namun warna merah tetap dominan sangat kontras dengan warna lantai keramik putih. Separuh dinding bagian bawah berwarna merah, demikian juga meja dan kursi.
Berupaya keras menampilkan suasana kota Padang dengan memasang berbagai print out banner landscape kota di Sumatera Barat; antara lain banner Jam Gadang dan Rumah Gadang. Suasana cukup ramai saat akuhadir setelah shalat Maghrib. Tampak rombongan 6 orang terdiri 1 pria dan 5 wanita dewasa, serta 2 orang anak. Di sudut lainnya tampak 2 orang wanita dewasa dan seorang anak.
Sementara pengunjung yang take away (bungkus) datang silih berganti ini rupanya merupakan peak hour saatnya makan malam. Sama sekali tidak terdengar dialog dalam bahasa Padang. Petugas justru fasih sekali berbicara dalam bahasa Madura.
Sesekali menyapa pengunjung bahasa Indonesia, tergantung penampilan masing-masing pengunjung. Tidak seperti rumah makan Padang yang penulis kenal sebelumnya dimana setiap pengunjung selalu diberikan mangkuk air untuk cuci tangan dan segelas air teh atau air putih tawar, disini pengelola menyediakan kran air untuk cuci tangan disertai dengan sabun cair dan lap tangan.