Â
Mehilangnya anggota secara bertahap di lingkungan kampung halaman mahasiswa Sumenep Yogyakarta (KMSY) yang ditandai dengan perubahan relasi kekuasaan antar anggota, menimbulkan pertanyaan besar. mengapa mereka pergi? kemana mereka pergi? Mengapa mereka meninggalkan lingkungan  seperti keluarga? Dalam kaitan ini, fenomena tersebut mencerminkan perubahan-perubahan yang terjadi  dalam sebuah keluarga besar, yang  awalnya penuh semangat dan persatuan, namun lambat laun tergerus oleh faktor eksternal dan internal.
Â
Bagi pelajar yang pindah dari Sumenep  ke Yogyakarta, kehidupan di kota pelajar ini penuh dengan tantangan. Pelatihan yang ketat, tuntutan akademis, dan perbedaan budaya yang besar antara kehidupan di kampung halaman dan  di kota besar menguji ketahanan setiap individu. Keluarga besar mahasiswa Sumenep di Yogyakarta seringkali menjadi tempat berlindung, memberi mereka dukungan emosional, namun perubahan terjadi seiring berjalannya waktu. Meskipun proses penyesuaian pada awalnya berjalan lancar, namun terhambat oleh berbagai permasalahan yang tidak mudah untuk diseimbangkan, seperti perbedaan pendapat, kepentingan pribadi, dan tuntutan akademis.
Â
Fenomena hilangnya anggota  keluarga mahasiswa ini dapat dipahami sebagai salah satu bentuk seleksi alam, serupa dengan dinamika yang terjadi dalam organisasi dan keluarga itu sendiri. Sebagaimana organisasi PMII yang sering  kehilangan kepemimpinan, keluarga mahasiswa Sumenep pun demikian. Anggota yang awalnya antusias dan aktif  menghilang seiring berjalannya waktu. Mereka yang tidak mampu beradaptasi dengan keadaan yang ada, entah karena tekanan akademis, kurangnya dukungan dari anggota lain, atau  tujuan pribadi yang berbeda, akhirnya memilih keluar.
Â
Dalam konteks teori neofungsionalis Jeffrey C.. Alexander, Anda dapat memahami bahwa perubahan  struktur keluarga dan organisasi dapat berdampak positif terhadap perubahan sosial dan budaya, meskipun menimbulkan konflik  dan ketegangan. Meninggalnya salah satu  atau lebih anggota keluarga pelajar Sumenep di Yogyakarta memang menyedihkan, namun membawa perubahan dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan mereka yang selamat. Mereka yang tertinggal belajar untuk menggantikan peran yang tertinggal, sehingga pada akhirnya memperkuat persatuan dan kapasitas mereka.
Â
Hal ini serupa dengan sebuah tim sepak bola. Ketika seorang pemain kunci, seperti seorang kapten atau striker utama, tiba-tiba cedera atau tidak bisa bermain karena alasan tertentu, maka peran penting tersebut harus diambil alih oleh pemain lain. Misalnya, seorang gelandang yang biasanya berfokus pada distribusi bola harus beradaptasi dengan mengambil tanggung jawab lebih besar dalam mencetak gol atau memimpin serangan. Seluruh tim akan mengalami perubahan besar dalam dinamika permainan, dan setiap pemain harus belajar untuk menyesuaikan gaya bermain mereka dan berkolaborasi dengan cara yang berbeda agar tim tetap bisa berfungsi dengan baik. Hal serupa juga terjadi pada keluarga pelajar Sumenep di Yogyakarta. Ketika ada anggota yang keluar atau menghadapi kesulitan, maka anggota yang tersisa harus mengambil peran lebih besar, tidak hanya dalam kegiatan akademik, tetapi juga dalam mendukung anggota lain yang membutuhkan bantuan, agar keseimbangan dalam kelompok tetap terjaga.
Bagaimanapun juga, seperti halnya teori neo-fungsionalisme, konflik dan perubahan yang terjadi pada keluarga mahasiswa Sumenep di Yogyakarta bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari terbentuknya struktur baru yang lebih kuat dan lebih kuat. lebih siap. Hadapi tantangan masa depan. Mereka yang bertahan  dalam keluarga ini  unggul karena pengalaman dan keterampilan yang mereka peroleh selama proses adaptasi dan mengisi kekosongan yang ditinggalkan  anggota lainnya. Seiring berjalannya waktu, mereka yang tetap aktif dalam keluarga ini tumbuh menjadi individu yang lebih dewasa, tangguh, dan lebih siap menghadapi dunia luar dengan kemampuan yang lebih besar.
Â
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa kehilangan  keluarga bagi mahasiswa bukan hanya tentang kehilangan pacar, tetapi juga tentang  setiap individu yang belajar  beradaptasi dan bertumbuh dalam menghadapi perubahan. Struktur yang awalnya  tampak lemah atau tidak stabil justru menjadi lebih kuat karena masing-masing anggota yang bertahan mampu mengambil peran yang lebih besar, melakukan perubahan, dan meningkatkan kualitas diri dan keluarga siswanya.
Â
https://repository.penerbiteureka.com/publications/565589/sosiologi-modern-teori-struktural-fungsional-sampai-teori-hegem