Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Kenapa Kita Sulit Move On?

29 Juli 2022   15:00 Diperbarui: 29 Juli 2022   15:01 70 3
Kalau saja dulu saya tahu apa yang saya tahu sekarang.

Coba gua tahu.

Berapa sering kita bicara seperti itu ke diri sendiri? Kalau saja saya ikutin kata hati saya dan ga jadian sama orang brengsek itu. Coba saya ambil tawaran pekerjaan itu dan melepaskan posisi saya sekarang. Seandainya waktu itu saya ga jadi ambil bisnis itu. Seandainya saya tahu orang seperti apa yang saya nikahi waktu itu.

Tapi kenyataannya... kita tidak tahu.

Tidak ada seorangpun yang bisa benar-benar tahu persis apa yang sedang terjadi. Penting untuk disadari bahwa intinya kita tidak bisa melihat masa depan dan kita tidak bisa melihat selebar itu. Semua keputusan yang kita buat pada saat tertentu didasari oleh informasi yang kita punya pada saat itu. Kita membuat keputusan sambil kita melangkah, dan sedikit banyak hanya berharap bahwa segalanya akan baik-baik saja. Begitu sudah terjadi, barulah kita melihat ke belakang (take a hindsight) dan melihat segala yang sudah terjadi dengan lebih jernih.

Ini yang membuat kita bisa terjebak ke dalam hindsight bias.

Hindsight bias adalah kecenderungan kita untuk percaya bahwa kita sebenarnya mampu untuk memprediksi sebuah kejadian dengan akurat, setelah kejadian tersebut terjadi. Segala sesuatu jadi kelihatan masuk akan sekali, setelah kejadian.

"I knew it all along. Selama ini juga gua udah tahu kayak begitu."

Inilah hindsight bias. Bagaimana kita bisa terjebak di dalam bias demikian?

Karena kita jadi tidak habis pikir kenapa saat itu kita bisa keliru. Bukankah kelihatannya jelas banget? Kita percaya bahwa kita sebenarnya sangat bisa melakukannya berbeda atau lebih baik. Jadi saat kenyataannya kita membuat keputusan yang salah, kita menaruh beban yang besar pada diri kita sendiri atau orang lain.

Itu juga sebabnya kenapa move on itu seringkali tidak mudah. Demikian juga dengan memaafkan. Sulit untuk memaafkan diri sendiri, karena kita pikir, "Itu kan jelas banget! Kenapa waktu itu aku ga sadar ya?".

Atau, kita sulit memaafkan orang lain, karena bagi kita, bagaimana mungkin dia bisa berbuat kekeliruan seperti itu padahal saat itu begitu jelas situasinya.

Mungkin di saat demikian, kita perlu mempertimbangkan kemungkinan bahwa kita sedang mengalami hindsight bias.

Ini bukan berarti kita selalu punya excuse untuk kesalahan yang kita buat sih.

Nyebelin juga kan kalau semua kesalahan di masa lalu, hanya disikapi dengan, "Lah, kan gua ga tahu." Kita juga jadi tidak bisa belajar dari kesalahan kita.

Well, my point is.. take a hindsight. It's a great way to gain knowledge, wisdom, & understanding. But no need to be hindsight biased.

Karena masa lalu tetaplah masa lalu. Jangan berkubang di sana. Jangan berputar-putar terus di sana. Gunakan pelajaran dari masa lalu, lalu bergeraklah ke depan. Lakukan yang perlu dilakukan sekarang. Maafkan yang perlu dimaafkan dan lepaskanlah anggapan bahwa dulu seharusnya seperti ini atau seperti itu. Kenyataannya toh tidak terjadi seperti ini atau seperti itu. Jadi yang penting adalah apa yang mesti dilakukan sekarang untuk ke depannya.

Satu lagi, masa lalu tidak akan persis sama dengan masa depan.

"Jangan jatuh di lubang yang sama!", demikian kata orang.  

Setuju.

Tapi kemungkinan besar, lubang di masa depan juga tidak akan persis sama seperti lubang di masa lalu, kecuali... kita yang kembali ke lubang di masa lalu.

Jadi, akan tetap ada kekeliruan yang bisa kita buat di masa depan, tapi kita juga mampu untuk belajar dan bertumbuh dari kekeliruan-kekeliruan tersebut. Pada akhirnya, hidup memang bukan soal selalu benar, tapi kemampuan untuk belajar dan bangkit dari kesalahan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun