Saya berpikir andaikan Indonesia tidak dijajah Belanda waktu itu mungkin kita tidak akan menikmati kereta api. Anda bisa membayangkan bahwa Pulau Jawa waktu itu dapat tumbuh dengan pesat dengan adanya jalur kereta api. Dari Kota Ambarawa menuju Kota Jogjakarta sekarang tinggal kenangan yang terlupakan. Dari Stasiun Kedung Jati hingga Tuntang yang rencananya akan dihidupkan tinggal angan-angan saja.Tidakkah pemerintah berpikir bahwa kereta api sebenarnya alat transportasi masal darat yang paling nyaman. Hal ini jika dihidupkan lagi bisa menekan jumlah pemudik menggunakan sepeda motor saat lebaran, natal, atau pun liburan sekolah.
Faktanya sekarang ini justru proyek jalan tol, atau jalur lingkar dengan berbagai permasalahan yang ditimbulkan. Kereta api sangat ramah dengan lingkungan, meminimalisir kecelakaan, polusi udara juga nyaman. Bayangkan saja Indonesia sudah merdeka 68 tahun, namun jalur kereta yang ada hanyalah warisan penjajahan Belanda. Bukankah hal itu memalukan? Lantas mengapa yang saat ini justru banyak adalah mobil dan sepeda motor buatan Jepang? Ada apa dibalik dinas perdagangan dan ekspor-impor? Ya kalau boleh usul para guru dan sejarawan yang terhormat, jika mengajarkan kepada para siswa hendaknya jangan hanya penderitaan saja yang ditimbulkan penjajahan Belanda, namun manfaat dijajah Belanda juga berguna hingga saat ini dan yang akan datang. Semoga para pemangku kepentingan terkhusus dinas perhubungan memahami dan menindaklanjuti proyek jalur kereta api yang tersisa demi kesejahteraan rakyat Indonesia.