Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature Artikel Utama

Di Desaku Listrik dan Air Tak Bayar

31 Januari 2012   16:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:13 1407 4

Persis disebelah rumah pak Rustam ada pondokan kecil pengrajin meubel, siang itu saya kesana untuk melihat-lihat apa yang sedang dikerjakan Mas Yanto sebagai pemiliknya, rupanya beliau sedang menokok-nokok paku membuat kursi sekolah yang harus selesai sebelum jatuh tempo masa pengerjaan. Kehadiran saya dipondok ini hanya diliriknya sebentar sambil senyum dan melanjutkan aktifitasnya, saya pun kemudian duduk dibangku panjang yang ada disitu sambil mengamati apa yang dikerjakan mas Yanto, dia terus memaku-maku untuk merakit kursi-kursi kayu itu, kemudian menggergaji, memaku lagi, begitulah berulang-ulang aktifitas mas yanto yang terlihat 10 menit pertama saya dipondoknya. Lalu dia menarik nafas panjang mungkin kecape’an dan meletakkan palu yang dipegangnya itu keatas tatakan yang ada disampingnya, dia terlihat menghentikan pekerjaannya, kulihat keringat di dahi dan mukanya lumayan deras, membuat raut mukanya mengkilap dan beberapa detik kemudian reflek mengelap keringat di bagian muka dengan baju kaos yang dipakainya, lalu dia minum, mengambil rokok, mancis dan berjalan kearahku.

“Ah ginilah bang, kalo kerja sendiri dan dikejar target, waktunya udah mepet juga, tapi sukurlah udah 60 kursi hampir selesai, hehehehe”, Begitulah sentil mas yanto membuka pembicaraan denganku.

“Heheheh,.. mau ndak maulah mas, namanya juga kerja, jalani waelah, kalo capek ya istirahat dulu” sahutku pula.

“Lagi ngerjain apa disini bang?” tanya mas yanto padaku,

“Kebetulan ada pertemuan mas, soal hutan desa yang ada disini, ya seperti menggali manfaat keberadaan hutan buat masyarakat disini gitu, jawabku.

“Wah, kalo gitu abang dari kehutanan ya? Tanya mas yanto,

“Bukan mas, saya sama dengan mas yanto cuma masyarakat biasa, kebetulan aja ada kegiatan terkait dengan hutan disini”

“Oooo, hehehee, kirain tadi abang dari kehutanan”

“Emangnya kalo dari kehutanan kenapa mas?”

“Hehehehe, kalo gitu biasa ajalah mas, sekedar nanya ya wajarlah mas, mungkin udah tugasnya kehutanan begitu, trus kalo masyarakat disini ngambil kayu darimana mas?”  tanyaku,

“Kurang tau juga bang, tapi disinikan masih banyak kayulah, disekitar rumah juga ada kok, namanya juga dusun bang, kalo di kebun-kebun apalagi, pokoke ngak susahlah kalo cuma untuk buat lemari, meja, kursi dan rumah, masi adalah di kebun-kebun masyarakat dan sekitar kampong ini, bagi masyarakat yang minta dibuatin meja, kursi, lemari biasanya masing-masing dari mereka udah siap dengan kayunya juga bang”.

“Hehehehee, gitulah bang hidup di desa ada kurang ada lebihnya juga, eh iya, ini ada gorengan bang, hayo ojo isin-isin dimakan bang” ajak mas yanto menawarkan goreng pisang yang tersisa dua potong dipiring plastic ijo yang dari tadi terletak tak jauh dari tempat duduk kami.

“Nah, kalo ini saya ndak bisa nolak mas, inilah kelebihan di desa, masih ada makanan yang bisa dibuat dari hasil tanaman sendiri, kalo di kota beli semua mas” selorohku,

“Ah aku tadi yo beli juga bang, disini goreng pisang banyak dijual diwarung-warung atau mamang yang biasa wara-wiri montoran itu”

“Oh gitu ya, hehehehe, kirain tadi buat sendiri, oaalah”

“Pisang si ada bang, tapi belum masak, lagian dari pagi bojoku pergi kerumah ibunya gitu, biasa ngejak anak main-main kerumah neneknya, sebelum mereka pergi ada mamang motor lewat makanya kami tadi beli aja”

“Hmmm, pantes kecil-kecil goring pisangnya, kalo buat dari tanaman dewe mungkin lebih besar dan enak nih mas” selorohku,

“Hehhehe, maklumlah harga barang naik terus bang, mungkin biar masih kejangkau dengan kantong masyarakat, jadi ukuran pisangnya aja di kecilin, heheheheh, payahlah mas jaman sekarang” ujar mas Yanto,

“Hmmm, gitu ya” sautku sambil mengunyah goreng pisang itu.

Mas yanto kemudian berdiri dan berjalan masuk kedalam rumahnya yang satu atap dengan mebeul disebelahnya, tak lama kemudian keluar membawa ceret plastic dan 2 buah cangkir yang kemudian menaruhnya dilantai bagian tengah tempat saya dan dia duduk.

“Ayo diminum bang!, cuma air putih bang, mau masak nanti kelamaan”, kilahnya,

“Ah mas bisa aja, air putih inilah yang sehat dan menyegarkan mas, apalagi mas yang udah keluar keringat banyak”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun