Saat mendekati salah satu lokasi di sana, tepatnya dari jarak sekitar 10 meter tampak sekitar 15 anak usia dari 4 hingga 11 tahuh di sebuah halaman rumah sederhana milik warga, duduk bersila dibalut wajah gelisah di atas tumpukan tanah lembab beralaskan terpal tipis bekas berwarna silver.
Walau lokasi itu adalah salah satu titik dalam sepekan sekali berkumpul anak-anak untuk belajar. Namun tidak ada kursi apalagi meja belajar, kecuali berdiri tegak gunung sampah berketinggian ratusan meter yang membentengi mereka.
Ini adalah sebagian dari potret lokasi penampungan sampah akhir atau tempat pembuangan sekitar 6.500 ton sampah per hari dari seluruh wilayah Jakarta.
Lalat pun tak pernah berhenti membuntuti setiap truk sampah yang wara wiri di sana.
Walau ini adalah pemandangan biasa bagi anak-anak di sana, namun pasang mata mereka mengarah pada setiap kendaraan yang melintas, seakan menunggu atau menantikan sesuatu.
Benar, saat kendaraan kami mendekat suasana mendadak berubah riuh "Ka Jhon, Ka Ragel" begitu teriakan anak-anak disebut berulang-ulang.