Dari Konten Halu hingga Menjadi Konten Kreator Berpengaruh
Azmi memulai perjalanannya di dunia digital dengan konten halu yang menampilkan dirinya sebagai seorang sultan. Gaya bercandanya yang berani dan unik membuatnya cepat viral. Namun, kepopulerannya itu juga datang dengan berbagai hujatan. Banyak yang menganggapnya hanya mencari perhatian dan berpura-pura kaya.
Namun, di balik layar, hidup Azmi jauh dari kemewahan yang ia tampilkan. Ia hanya seorang perempuan muda yang sedang berjuang dalam kehidupan rumah tangganya yang penuh tantangan. Justru dari pengalaman pribadinya, ia semakin menemukan arah baru dalam karier kontennya.
Setelah melewati banyak cobaan, Azmi mengubah pendekatan kontennya. Kini, ia lebih banyak membagikan kisah perjuangannya sebagai ibu tunggal, bagaimana ia membangun kehidupannya kembali, serta memberikan motivasi kepada perempuan lain agar tidak takut untuk bangkit.
Kontennya pun semakin menarik perhatian publik. Dari yang awalnya hanya dikenal karena persona halunya, kini Azmi dihormati karena keberanian dan keteguhannya dalam menghadapi hidup. Ia juga mulai mengembangkan berbagai topik lain seperti traveling, gym, dan gaya hidup sehat, menunjukkan transformasi dirinya dari seorang perempuan yang dulu hidup dalam keterbatasan menjadi sosok yang mandiri dan inspiratif.
Menikah di Usia Muda dan Hidup Sederhana
Azmi menikah pada usia 17 tahun dan memilih tinggal di rumah pantai milik neneknya. Bersama suaminya, mereka menjalani kehidupan sederhana dengan ekonomi yang pas-pasan. Azmi mendampingi suaminya dari nol, berharap dapat membangun kehidupan yang lebih baik bersama.
Namun, seiring waktu, ujian demi ujian datang menghampiri rumah tangganya. Saat hamil anak kedua, suaminya pergi ke kampung halaman dengan alasan mencari pekerjaan. Sayangnya, selama kepergiannya, ia tidak pernah benar-benar bekerja ataupun mengirimkan nafkah untuk istri dan anak-anaknya. Kondisi ekonomi semakin sulit, bahkan Azmi pernah bertahan hidup hanya dengan nasi dan garam selama satu bulan. Rasa malu untuk meminta bantuan orang tua membuatnya harus berjuang sendirian.
Pertengkaran dan Campur Tangan Keluarga Suami
Selain masalah ekonomi, pernikahan Azmi juga diwarnai oleh campur tangan pihak keluarga suami. Setiap kali terjadi konflik, ia selalu disalahkan oleh ipar dan mertuanya. Kondisi ini semakin memperburuk hubungan mereka, terutama setelah kelahiran anak kedua.
Alih-alih memberikan perhatian lebih kepada istri dan anak-anaknya, sang suami justru semakin menunjukkan sikap tidak peduli. Ia sering mengadu domba Azmi dengan orang tuanya sendiri dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Merasa tidak sanggup lagi menjalani pernikahan yang toxic, Azmi meminta cerai. Namun, suaminya menolak untuk berpisah.
Merantau ke Jakarta dan Bangkit dari Keterpurukan