[caption id="attachment_71175" align="alignleft" width="118" caption="ilustrasi diunduh dari google"][/caption] Setidaknya ada satu efek positif dari Kompasiana, efek itu bernama ide segar. Seperti sudah bukan lagi rahasia umum bahwa rata-rata Kompasianer (sebutan untuk anggota Kompasiana) adalah penulis, baik itu yang pemula, menengah dan atas. Maksudnya dari yang belajar sampai yang sudah mahir, lengkap ada di Kompasiana. Namanya
Sharing and
Conecting berarti ada komunikasi dua arah, dari pembaca ke penulis dan sebaliknya dari penulis ke pembaca. Menjadi penulis teorinya mudah saja, apa yang terpikirkan lalu tuliskan. Dimana saja, kapan saja ketika ada ide yang bagus untuk dituliskan, tinggal tuliskan saja. Demikian mudah dan sederhananya menjadi penulis, tetapi bagi saya itu bukan perkara mudah, apalagi kalau ada tuntutan harus menulis produktif bahwa setiap hari minimal harus memiliki satu tulisan walaupun separagraf. Ide segar, lagi-lagi ide segar. Jika ide tidak segar maka 'rasa' tulisannya juga tidak segar. Kehadiran penulis-penulis di Kompasiana sedikit banyak memberikan ide segar tersebut. Ide segar bagi siapapun, entah bagi kompasianer secara khusus ataupun bagi para pencari ide lainnya yang menggunakan jasa mesin pencari. Tidak kurang dari lima puluh postingan setiap hari (admin pasti lebih tahu data akuratnya postingan yang masuk setiap detik, setiap jam dan setiap hari). Postingan ini, sudah memberikan banyak kontribusi bagi para pencari ide menulis. Hanya saja sebagai penulis yang menghormati karya orang lain, plagiasi adalah hal yang sangat memalukan. Plagiasi dalam bentuk menkopi paste tulisan orang lain lalu diklaim sebagai tulisan pribadi. Ide segar, siapa sih yang tidak suka ide segar, ide yang baru, yang fresh dan lezat. Semua penulis suka itu, terlebih jika masuk ke media cetak. Sebuah tulisan yang orisinil biasanya mendapat tempat di salahsatu kolomnya. Kalau saya pribadi sih, masih belajar menulis.
KEMBALI KE ARTIKEL