HANDPHONE, alat komunikasi satu ini memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Apalagi di zaman sekarang ini, sangat kecil kemungkinan apabila seseorang tidak memiliki HP. Apalagi hidup di Jakarta, ibarat kata “ga bisa hidup tanpa HP”. Betapa paniknya jika ketika dalam bepergian kita lupa membawa HP. Ya itulah sekelumit fakta betapa pentingnya Handphone.
Kini HP semakin maju dan dibuat kian canggih. Banyak aplikasi yang menyediakan fitur – fitur yang seperti komputer. Tujuan handphone di rancang kian canggih ini agar memberi kemudahan kepada konsumen saat bekerja ataupun hal lainnya. Tapi disini saya melihat dari sudut pandang yang berbeda, semakin canggih Handphone, semakin canggih cara mencontek. Saya sebagai mahasiswa benar – benar mengetahui bagaimana cara mereka melakukan tindakan curang ini.
Tahun lalu saya masih duduk di bangku SMA, mungkin cara yang di tempuh tidak seperti sekarang ketika saya kuliah. Jika dulu kecurangan hanya dilakukan dengan SMS atau sesekali mempotret rumus – rumus atau catatan penting. Namun kebenaran dari jawaban masih sekitar 75%, karena SMS yang disebar adalah jawaban si siswa pintar. Yang kemungkinan masih ada salah, namun setidaknya terhindar dari remedial.
Namun semakin naik tingkat, semakin naik cara mencontek. Kemajuan teknologi 90% diikuti oleh anak muda. Karena mereka dengan muda dapat dengan cepat tanggap menggunakan alat komunikasi satu ini. Selain itu, anak muda jika ia tidak mengikuti teknologi maka ia akan sulit hidup bersosialisasi ke depannya. Begitupun dengan teman – teman saya. Sistematika perkuliahan yang belajar tanpa buku, membuat dosen rajin mengirim email mengenai materi atau dalam bentuk non paper. Yang tentu saja materi tersebut sudah ringkas, jelas dan padat. Berbeda sekali dengan buku SMA yang tebal. Namun kembali lagi, aplikasi Handphone yang memungkinkan materi yang dalam word, excel atau adobe ( materi dosen biasanya disediakan dalam aplikasi tersebut ) dapat tersedia di HP malah membuat mahasiswa/i menjadi berlaku curang. Seperti halnya teman saya, ia mencapai nilai UTS hampir sempurna karena di saat pengawas lenga, ia malah membuka handphone dan yang pada akhirnya ia mendapat nilai nyaris sempurna. Sungguh suatu pencapaian sempurna dengan teknologi dengan cara yang tidak sempurna. Karena kebenaran jawaban dari melihat handphone itu lebih paten dan real ketimbang mendapat jawaban dari teman. Yang membuahkan hasil tinggi pada IP nya kelak. Disini sangat disayangkan sekali, handphone canggih yang bertujuan untuk membantu dan meringankan tugas malah kehilangan fungsi utamanya. Dan malah menjadi alat bantu untuk para mahasiswa/i untuk berlaku curang dan malas belajar. sehingga kesadaran para pelajar pun menjadi memudar dan kian mundur.
Menurut saya, sepintar – pintarnya dosen mengawas, masih banyak cara untuk para pelaku ujian berlaku curang. Terkadang tingkat kedisiplinan yang di terapkan juga masih kurang, ditambah lagi mahasiswa/i ini malah memanfaatkan moment ini. Jika kesadaran saja sudah tak ada, bagaimana mau maju? Sehingga terbuang dengan sia – sia nak gelar sarjanamu.
Saya tidak tau bagaimana yang terjadi dengan ruang lingkup di sekitar anda, tapi saya menulis berdasarkan apa yang saya lihat di dunia pendidikan sekitar saya.