Membaca tulisan Gede Prama di koran Kompas, Rabu 25 Maret 2009 sungguh sangat menyejukkan hati. Tulisannya sudah lama sekali, tetapi masih relevan hingga saat ini. Ada beberapa kalimat yang membuat saya terhanyut untuk membuat tulisan baru kali ini. Ada bait kalimat yang membuat saya tersadarkan akan sebuah rahasia hidup ini. RAHASIA HIDUP MANUSIA SEBELUM MATI.
Bunga mekar mewakili keindahan. Namun, seberapa indah pun bunga, beberapa waktu kemudian harus ikhlas menjadi sampah. Dan, baik tatkala diberi sebutan indah maupun sebutan sampah, bunga tidak pernah bicara. Siapa yang hidupnya mengalir sempurna dari bunga (sukses, dipuja) menjadi sampah (gagal, dicerca), kemudian (bila bisa mengolahnya) menjadi bunga lagi, ia sudah membuka salah satu pintu rahasia.
Kalimat ini begitu mendalam dalam perjalanan hidup manusia. Banyak manusia yang hanya mengejar kekayaan dan kekuasaan. Seolah-olah kesuksesan hidup hanya terukur oleh banyaknya harta yang dimiliki dan kewenangan yang tak terbatas. Bukankah kekayaan dan kekuasaan tak membuat orang bahagia? Bukankah kebahagiaan itu terletak di hati dan bukan menumpuk di banyaknya harta benda yang dimiliki? Apalagi banyaknya kekuasaan yang berada digenggaman? Lalu mengapa begitu banyak orang memperebutkan kursi kekuasaan? Mereka menggunakan berbagai macam cara demi untuk berkuasa.
Oh, alangkah indahnya bunga. Ia mekar dan tumbuh menjadi enak dipandang mata. Harum baunya menyegarkan setiap insan yang menghirupnya. Dalam pesta-pesta anak manusia pasti terlihat bunga. Dalam dukacita bunga pun menjadi pengiring insan yang meningggalkan dunia fana. Tapi, ia tak pernah bersuara, ia hanya diciptakan untuk memperindah suasana. Suasana hati gembira dan duka pun akan bisa bersamanya. Hanya orang yang arif dan bijaksana yang bisa belajar dari bunga. Bunga mengandung banyak pembelajaran yang hakiki akan kehidupan manusia di alam fana ini. Bunga memang tak berbicara, tapi bunga adalah guru yang tak pernah marah. Menyebarkan keindahan dan memperindah suasana.
Bunga pun siap menjadi sampah. Di buang dan dimasukkan ke dalam tong sampah. Setelah keindahannya dinikmati. Setelah harum wanginya dihirup manusia. ia pun tak bersuara. Ia terus bersiklus di pembuangan dan terus tumbuh kembali di pucuk-pucuk tanaman bunga. Dia menjadi pupuk menyatu dengan tanah. Ia mampu menyuburkan tanaman lainnya. Ia ber-reinkarnasi. Seonggok sampah tak berguna, kini muncul kembali berupa keindahan ciptaan Tuhan. Bunga siap di buang, bunga siap dicerca, bunga siap dicaci maki. Lagi-lagi bunga pun tak bersuara. Ia terus bersiklus dan menyebarkan keindahan warna-warni.