Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Wajah Guru-guru Muda di PGRI

21 Agustus 2019   05:10 Diperbarui: 21 Agustus 2019   05:10 41 3
PGRI di mata guru guru muda.

Tulisan ini saya buat untuk memenuhi permintaan kang caca,  kang budi dan kang dudung dari sukabumi.

Mereka bertiga adalah icon guru aktif di PGRI dan masih muda muda. Wajahnya ganteng ganteng pula.

Ketiga trio PGRI sukabumi ini menginspirasi saya untuk menulis tentang wajah PGRI di mata guru guru muda.

Selama ini kita lihat. Wajah PGRI didominasi oleh wajah wajah guru tua. Bahkan ada yang bukan guru. Mereka bukan berprofesi sebagai guru.  Inilah uniknya organisasi PGRI yang tidak dipahami oleh guru guru muda.

Saya teringat dengan diri sendiri.  Waktu itu saya dan kawan kawan semangat sekali untuk mendirikan organisasi profesi guru. Kami sepakat bahwa organisasi guru harus dipimpin oleh guru.

Ketika salah satu kami menjadi dosen, maka pindahlah kawan kami di organisasi profesi dosen.  Terbentuklah waktu itu.  Ikatan profesi guru indonesia yang disingkat ipgi dan ikatan profesi dosen indonesia yang disingkat ipdi.

Tahun tahun pertama organisasi berjalan dengan baik dan semangat 45. Begitu memasuki tahun kedua,  mulailah sedikit demi sedikit pengurusnya mengundurkan diri. Mereka tidak bisa meluangkan waktu untuk organisasi yang mereka dirikan.  Akibatnya organisasi menjadi mati suri dan akhirnya mati.

Berdasarkan pengalaman tersebut,  saya mulai bercermin diri.  Melihat organisasi guru satu persatu dengan hati yang bersih dan melihat perjuangan mereka dari rekam jejak digitalnya.

Sampai suatu ketika mata pelajaran yang saya ampu di sekolah dihilangkan dalam kurikulum.  Waktu itu saya harus mencari organisasi guru yang bisa mendukung perjuangan kami. Perlu organisasi guru yang kuat dan besar agar TIK kembali sebagai mata pelajaran.

Beramai ramai kami datang ke gedung guru indonesia yg disingkat ggi.  Kami diterima oleh almarhum pak Sulistio dengan sangat baik.

Namun,  ketika perjuangan blm selesai,  ketua umum pb PGRI bapak Sulistio dipanggil Allah.

Setelah beliau wafat,  banyak teman teman guru TIK saat itu mendirikan organisasi guru TIK. Ada 3 organisasi guru TIK yaitu agtifindo, fgtiknas dan kogtik. Mereka lebih percaya membentuk organisasi sendiri ketimbang bergabung di PGRI.

Suatu ketika saya diundang oleh pengurus pgri bangka belitung. Saya diminta memberikan motivasi berprestasi untuk guru-guru anggota PGRI di kepulauan tersebut.

Saat pulang dan kembali ke Jakarta,  bertemulah saya dengan salah satu pengurus besar PGRI. Di bandara kami diskusi tentang organisasi profesi guru.

Saya tanyakan kepada beliau. Kenapa PGRI diisi oleh pengurus yang sudah tua?  Wajar kalau PGRI sering diplesetkan menjadi pensiunan guru republik indonesia.

Terjadi diskusi hangat sore itu. Beliau katakan pada saya. Kalau PGRI ingin diurusi oleh guru muda dan masih aktif,  maka bergabunglah ke PGRI. Sebab PGRI membutuhkan guru guru muda yang mau berkontribusi untuk memajukan organisasi profesi guru.

Pertemuan itu sangat berkesan bagi saya.

Sampai suatu ketika kawan kawan pengurus di komunitas guru TIK yang disingkat kogtik mengajak saya untuk bersilahturahim ke gedung guru indonesia.

Kami diterima dengan sangat baik oleh ibu ketua umum PB PGRI yang  baru.  Namanya ibu Unifah Rosyidi.  Saya kenal beliau sebagai salah satu pejabat di Kemendikbud yang pernah saya marahi karena hilangnya matpel TIK.

Di GGI kami presentasi. Cerita pengalaman kami berjuang mengembalikan TIK sebagai mata pelajaran.

Gayung bersambut. Pengurus PGRI menerima kami untuk bergabung di asosiasi profesi dan keahlian sejenis yang disingkat APKS. Mulailah kami bekerjasama dengan asosiasi guru bahasa asing yang senasib dengan kami untuk membuat kegiatan seminar nasional di gedung guru indonesia.

Di semnas tsb kami dilantik dan dikukuhkan bersama asosiasi profesi lainnya dengan nama ikatan guru TIK PGRI.

Guru guru muda dan masih aktif mengajar di sekolah mulai berdatangan ke gedung guru indonesia. Mereka berdatangan dengan batik PGRI kusuma bangsa.

Gedung yang dulu lusuh dan kumal,  kini terlihat megah dan ceria. Teman teman guru sangat menikmati ruangan yang direnovasi dengan cinta dan kasih sayang seorang ibu.

PGRI di mata guru guru muda mulai berubah. Terutama guru guru TIK dan asosiasi matpel lainnya yang mulai bergabung dan dilantik di gedung guru indonesia.

Banyak guru guru muda bergabung.  Baik yg pns ataupun yang bukan pns.  Mereka bergabung dengan kesadaran sendiri dan ingin berkiprah di PGRI.

Ibunda Unifah membuka keran lebar lebar untuk mempersilahkan kami yang masih muda untuk melaksanakan kegiatan di rumah guru.

Setiap jumat dan sabtu kami berkumpul di lantai 3 ruang smart learning and character center.  Prof Eko Indrajit menawarkan 25 pelatihan untuk guru guru yang ingin maju dan meningkatkan kompetensinya.

Wajah PGRI di mata guru guru muda mulai berubah.  Satu persatu mereka mendaftarkan diri menjadi anggota PGRI secara online. Pak Bambang membantu kami mengurus kartu anggota PGRI sehingga mereka bisa bayar iuran di tempat tugasnya masing masing.

Ke depan PGRI harus memberikan kesempatan kepada guru guru muda untuk aktif dalam kepengurusan pusat.

Kecanggihan teknologi saat ini, tak selalu kita harus bertatap muka setiap hari. Guru tak meninggalkan kelasnya ketika aktif di kegiatan PGRI.

Adzan subuh sudah bergema.  Nanti akan saya sambung lagi tulisannya.

Salam blogger persahabatan
Omjay
Blog http://wijayalabs.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun