Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Uji Kompetensi Guru dan Problematika Guru yang Dihadapinya

25 Oktober 2012   12:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:24 727 1


Sebagai seorang guru, saya merasakan bahwa tidak mudah mengerjakan soal-soal online dalam uji kompetensi guru (UKG). Namun sebagai seorang guru yang sudah lulus sertifikasi guru dan menerima tunjangannya, saya harus mampu mengikuti ukg ini dengan baik. Bukan hanya baik, tapi saya akan melakukan yang terbaik.

Meskipun latihan soal, dan kisi-kisi soal sudah diberikan, tetap saja ada perasaan khawatir tak bisa menjawabnya dengan baik. Kami diberi waktu 120 menit untuk menjawab 100 soal yang diujikan. Buat saya, UKG online adalah sebuah pengalaman nyata yang membuat saya harus belajar lagi. Masih banyak materi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang belum saya kuasai. Ternyata masih banyak kekurangan di dalam diri yang harus dibenahi. Khususnya kompetensi pedagogik dan profesional.

Nilai yang saya dapatkan tidak begitu menggembirakan dalam UKG (saya mendapatkan nilai 75). Walaupun demikian, saya tetap berterima kasih kepada pemerintah dengan adanya UKG ini. Mengapa saya perlu berterima kasih? Sebab adanya UKG membuat saya belajar kembali. Terutama materi pelajaran yang saya ampu, dan saya ajarkan kepada peserta didik saya. UKG justru menguntungkan guru, dan bukan merugikan guru. Teman-teman guru yang belum melek internet, jadi bisa internet dan belajar cara memanfaatkan internet dalam pembelajaran di sekolah. Komputer dan internet menjadi suatu hal yang mutlak dipelajari di era globalisasi. Apalagi, negara kita adalah negara kepulauan. Adanya internet sangat membantu sekali untuk saling berkomunikasi dan memberi informasi dengan biaya murah.

Jujur sebenarnya saya agak sedikit kecewa juga. Banyak soal-soal yang tidak bisa saya jawab karena saya kurang membaca. Hal itulah yang sebenarnya membuat saya mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Tentu bagi mereka yang sudah pernah mengikutinya akan mengalami hal yang sama. Hal yang menyesakkan adalah bila materi yang diujikan belum kita ketahui sama sekali. Seperti halnya saya, yang harus mengikuti UKG matpel TIK untuk SMA, padahal saya mengajar TIK di SMP. Tentu banyak soal yang kurang saya pahami. Sudah begitu, materi yang diujikan lebih banyak berbasis windows dan microsoft, sehingga buat mereka yang terbiasa pakai sistem operasi, dan software lainnnya akan dibuat gigit jari.

Seorang teman di Yogyakarta (Pak Affandi), berkomentar di blog saya, "om jay..... sharing saja. dulu soal yang saya kerjakan (matematika) disuruh menghitung sebuah gambar. tapi anehnya gambarnya sendiri tidak ada. yang kedua, pertanyaan saya ulangi dari awal lagi karena beberasa soal memang belum saya jawab. anehnya, jawabannya tidak ada. dari A sampai D cuma aga garis kecil / strip"

Begitupun teman saya yang lain (ibu Hesty Adityo) juga mengalami yang hampir sama. "pengalaman pak Afandi sama dg yg saya alami. sy ikut UKG utk mapel Fisika SMA pas bulan puasa, ada 16 soal yg gambar atau tabel datanya nggak muncul, dan itu dialami semua teman2 sy juga. bbrp soal yg saya lewati dulu, baru diklik belakangan jg mengalami error spt yg dialami pak Affandi, nggak muncul jawabannya cuma option A sampe D aja...Akhirnya, meski waktu masih tersisa banyak saya nggak punya pilihan lain kecuali log out".

Banyak komentar datang dari teman-teman guru yang sudah mengikuti UKG. Sekarang kita ambil positifnya saja. Lupakan nilai UKG yang rendah. Tak perlu bercuriga kepada pemerintah atau mencari-cari kesalahan pemerintah. Lebih baik, kita berpacu memberikan layanan terbaik untuk peserta didik kita. Layanan terbaik itu harus dilandaskan keihlasan dan kesabaran. Guru harus terus belajar sepanjang hayat.

Buat temen-temen guru yang belum ikut UKG, jangan khawatir atau was-was dalam mengikutinya. Semua soal kompetensi yang tertuang dalam UKG online bisa kita pelajari. Nyantai aja lagi. Pelajari kisi-kisi soal yang sudah diberikan di sini, dan banyaklah berlatih soal-soal di rumah. Bisa belajar secara mandiri, bisa juga dengan cara berkelompok.

UKG hanyalah salah satu cara pemerintah melakukan pemetaan kompetensi guru. UKG tidak berimbas kepada tunjangan sertifikasi guru. Tak perlu mengeluh, dan nikmati saja prosesnya. Ambil yang baik, dan tinggalkan yang buruk. Jangan sampai ada ungkapan, "buruk muka cermin dibelah", itulah pepatah yang saya dapatkan dari Ahmad Rizali (mas Nanang), dewan penasehat Ikatan Guru Indonesia (IGI)

Bila ketiadaan sarana dan prasarana menjadi pemicunya, tetaplah bersabar, dan teruslah belajar dengan fasilitas apa adanya. Jaringan listrik dan internet pastilah akan segera masuk ke desa-desa kita yang terpencil. Bila anda belum bisa komputer dan internet, maka belajarlah. Gunakan tunjangan sertifikasi guru yang diperoleh untuk belajar dan mempelajarinya. Anda bisa beli laptop dan modem untuk jaringan internetnya. Saran saya, uang yang didapat dari tunjangan sertifikasi guru, gunakan untuk meningkatkan profesionalisme kita sebagai guru. jangan pelit beli buku, dan ikutilah bebagai pelatihan yang dapat meningkatkan mutu atau kualitas guru.

Komputer saat ini, bukanlah barang mewah seperti dulu. Dengan uang dari sertifikasi kita dapat membelinya. UKG, dan problematika guru yang dihadapinya harus disikapi dengan cara-cara bijaksana. Tak perlu boikot UKG, apalagi menghasut teman-teman guru untuk tidak ikut UKG, dan menjelek-jelekkan pemerintah. Berpikir positif saja kepada pemerintah, dan percaya bahwa UKG dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru di indonesia. Niat baik pemerintah yang mesti kita jaga.

Dalam UKG pastilah ada kekurangannya. Catat kekurangannya, dan beri masukan kepada pemerintah dengan cara-cara yang elegan sebagai seorang guru yang profesional. Gunakan cara-cara intelek dan bukan cara-cara orang yang tidak berpendidikan dalam mengungkapkan pendapat.

Kumpulkan data dengan cara seksama, dan bukan hanya berdasarkan katanya. Faktanya harus jelas terjadi di lapangan, dan akhirnya membuat pemerintah mengerti dan memahami kekurangannya. Itulah kunci agar pelaksanaan UKG menjadi lebih baik. Kita harus tetap kritis kepada pemerintah.

UKG adalah salah satu cara pemerintah mengetahui kemampuan guru dalam menguasai materi. Harus diakui, masih banyak soal UKG yang harus direvisi, dan mari kita sama-sama mengevaluasinya. Beri masukan kepada pemerintah, dan teruslah mengkritisinya. Biasanya, saya melakukannya melalui organisasi guru yang bernama Ikatan Guru Indonesia (IGI). Kitapun bisa menyampaikan keluhan melalui suara pembaca di media arus utama.

UKG online bertujuan baik, meskipun saya melihat masih banyak kekurangannya. Biarlah para pakar pendidikan mengevaluasinya dengan data dan fakta yang ada di lapangan. Kita berpikir positif saja.

Intinya UKG online membuat para guru akhirnya melek internet, dan menjadi tahu cara-cara tes secara online. Itu nilai positif yang bisa saya lihat.

Dengan adanya tes online ini, mau tidak mau, suka atau tidak suka guru-guru yang belum terbiasa dengan komputer dan internet akan belajar. Mereka menjadi tidak "gaptek" lagi, dan mau belajar menggunakan komputer dan internet.

Para guru saat ini berhadapan dengan generasi digital native. Dimana mereka adalah generasi yang sudah melek internet. Mau tidak mau, guru harus mampu menjadi pemandu agar komputer dan internet dapat dimanfaatkan secara baik

Pengalaman mengikuti UKG pernah saya tuliskan di blog kompasiana dan blog pribadi saya di http://wijayalabs.com , semoga dapat dibaca oleh teman-teman guru yang belum mengikuti UKG secara online.

Wahai para guru, Persiapkan diri dengan baik, dan yakinlah bahwa kita pasti bisa!

Salam Blogger Persahabatan

Omjay

http://wijayalabs.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun