Kehidupan dalam dunia militer kerap mengubah cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri, orang lain, lingkungan dan negaranya. Pengalaman seseorang dalam dunia militer juga kerap menciptakan satu kenangan yang tak terlupakan. Apalagi jika orang itu pernah bertugas dalam suatu pertempuran yang meninggalkan suatu kenangan yang dramatis.
Pengalaman Chris Kyle sebagai seorang sniper menciptakan kenangan tak terlupakan yang lalu dituangkan dalam buku American Sniper : The Autobiography of the Most Lethal Sniper in US Military History (2012). Buku tersebut ditulis Kyle bersama dengan Scott McEwen dan Jim DeFelice serta menjadi referensi utama bagi Jason Hall untuk menulis skenario American Sniper. Sutradara kawakan yang sekaligus mantan tentara, Clint Eastwood, mewujudkan visualisasi film ini dengan didukung oleh Tom Stern sebagai sinematografer
Terlahir dari satu keluarga Texas religius, sejak kecil Chris Kyle dididik oleh ayahnya untuk melindungi keluarganya dan orang yang lebih lemah. Semangat untuk melindungi orang lain inilah yang menjadi salah satu motivasi Chris Kyle untuk bergabung dalam angkatan bersenjata AS hingga akhirnya dia dilatih untuk menjadi seorang sniper handal satuan elite AL AS, yakni Navy SEAL.
Namun ketika ditugaskan di Irak, kecakapannya sebagai seorang sniper atau penembak runduk bertentangan dengan idealismenya untuk melindungi orang lain. Sebagai seorang sniper, salah satu tugasnya adalah melindungi kawan-kawannya dari serangan musuh. Untuk itu dia harus menembak lawan yang terlihat melakukan tindakan berbahaya. Chris mulai mengalami pergulatan batin ketika harus menembak seorang anak dan seorang perempuan yang berupaya menyerang tentara AS. Sesuai ajaran yang diterimanya sejak kecil, mestinya dia melindungi perempuan dan anak tersebut. Tetapi tidak ada pilihan lain bagi dia selain harus melakukan tembakan maut karena perempuan dan anak tersebut berupaya menyerang kawan-kawan Chris. Jika keduanya tidak ditembak, rekan-rekannya bisa menjadi korban.
Kiprahnya sebagai seorang sniper Navy SEAL jadi menonjol ketika semakin banyak musuh berhasil ditewaskan oleh tembakan Chris. Ini membuat kawan-kawan dalam kesatuannya menyebut Chris sebagai seorang legenda. Namun di sisi lain, dia dijuluki sebagai Shaitan al Ramadi oleh musuh-musuhnya. Hadiah besar dijanjikan kepada siapapun yang bisa melumpuhkan atau menembak sang sniper. Chris Kyle juga diburu oleh sniper andalan dari pihak lawan yang dikenal dengan nama Mustafa.
Jeda di antara tugas memberikan waktu bagi Chris untuk pulang ke AS menemui keluarganya. Namun ketika bertugas kembali di Irak dan beraksi lagi sebagai seorang sniper, kesuraman yang diciptakan oleh suasana perang menambah beban batinnya. Kekejaman seorang pimpinan pasukan musuh yang gemar menyiksa orang dengan alat bor meninggalkan kenangan buruk dalam pikirannya. Apalagi perang ternyata juga merengut nyawa sahabat dekatnya.
Kiprah Chris Kyle di medan tempur mencapai titik klimaks setelah dia berhasil menembak sniper musuh yang dikenal dengan nama Mustafa. Tembakan sedikit spekulatif yang dilakukan Chris dari jarak lebih dari 1500 meter itu menewaskan Mustafa sebelum sniper yang dikisahkan sebagai mantan atlet menembak Olimpiade ini menyadari keberadaan Chris yang sedang mengintai dirinya.