Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Tetangga Super Duper Berjiwa Sosial

2 Juni 2013   20:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:38 1041 8
Sebut saja namanya Mas Alvin,umurnya sebaya dengan saya 40 tahunan,beliau beristerikan seorang guru SD sementara Mas Alvin juga berprofesi sama hanya beda tempat mengajarnya.Isterinya berdinas di SD dekat rumah dan beliau memilih tugas di sebuah SD di pelosok kampung yang hanya bisa masuk dengan jalan kaki saja.Sehingga di rumahnya selalu sedia sepatu karet Boot khusus anti lumpur untuk berangkat kerja mengajar kalau musim hujan tiba.

Untuk urusan mengutamakan kepentingan umum,tetangga yang satu ini memang menurut saya belum ada duanya di kampung saya,atau bahkan bisa disebut manusia langka,jarang ditemukan apalagi zaman ini yang 'jiwa sosial' sudah hampir terkikis oleh perkembangan peradaban yang hedonis dan cenderung individualistis.

Orang satu ini ngetop disapa warga atau kerabat kami dan umurnya yang sepantaran dengan sapaan Si Guru(Sapaan Si,sebagai simbol kedekatan,rasa sayang dan keakraban kami),atau kalau yang usianya di bawah beliau menyapa dengan sapaan Kang Guru.Anak-anak menyapa dengan hormat Pak Guru atau Pak Alvin tetapi beliau suka menyela mereka tentang sapaan ini.

"Cukup panggil saya Mang Alvin saja deh...!" ujar beliau jika menyela sapaan Pak Guru atau Pak Alvin ketika sedang tidak mengajar di pergaulan sehari-hari di rumahnya.

Entah ada 'virus PMP" stadium berapa di jiwa teman saya yang satu ini,falsafah hendaknya ' mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi" nya yang kami pelajari pada masa sekolah dulu di pelajaran PMP waktu itu,benar-benar di P4-kan (baca:diamalkan) sekali oleh Mang Guru yang satu ini.

Coba saja simak contoh yang berhasil saya ingat kembali sepak terjang beliau tentang jiwa sosialnya yang super duper tingkat tinggi dari Mas Guru SD yang satu ini.

Suatu waktu ada pembangunan kantor RT/RW merangkap kantor Karang Taruna di ujung gang kampung kami,eh beliau setiap hari seusai mengajar selalu ada di TKP,hadir selalu di lokasi dengan pakaian ala kuli bangunan,ikut membantu mengaduk adonan semen,mengangkut batako,menyetel behel besi betonnya sampai ikut menjadi tukang kayu membuat kusen-kusen bangunan itu.

Hingga selesailah kantor RT/RW kami dengan sukses,tidak berhenti sampai di situ di akhir bulan isterinya marah-marah,karena slip gajinya dipotong koperasi sekolah karena minjam uang untuk pembangunan kantor RT/RW tersebut.Terang saja isterinya bertanya-tanya,kemana uang gajinya yang dipotong bulan ini.Ternyat uang pinjaman gajinya dipakai untuk membangun sebagian besar kantor RT RW tersebut.

Bukan itu saja,jika ada pembangunan mesjid,pembangunan saluran air bersama,atau bangunan sampai WC umum pun,uang gaji beliau hampir setengahnya selalu dipakai untuk membantu biaya tersebut.

Tidak dalam pembangunan fisik kampung saja jiwa super sosial beliau itu mengamalkannya,dalam bidang olahraga dan pemudapun tidak kalah "sosialnya".Ketika ada turnamen olahraga antar warga,hampir semua biaya pembuatan kaos team,biaya pendaftaran,biaya makan dan konsumsi pemain dan kontingen RT RW kami sebagian besar ditanggung oleh Mang Guru ini.

Tidak heran akhirnya sering grup olahraga kampung kami selalu juara tingkat desa atau kecamatan setiap tahunnya.Karena kami ada yang memimpinnya,Mang Guru dengan jiwa sosialnya yang..? Wah,susah saya mengejarnya untuk mencontoh perilaku seperti beliau.

Pernah pula suatu waktu,Istrinya bertanya pada saya sebagai jajaran pengurus kampung hehe.Isteri mang Guru bertanya," Kang,meja kerja saya hilang di kamar tuh,apakah pernah melihat suami saya menjual meja kursi kerja saya ke akang..?.Saya heran waktu itu,kok bisa teman saya itu menjual meja kursi kerja isterinya sendiri.

Cerita punya berita,ternyata meja kursi milik isterinya itu yang konon belum lunas hasil kreditan ke koperasi simpan pinjam di KPN Kecamatan itu,sudah mejeng di kantor RT /RW yang baru selesai dibangun kami.Ternyata meja kursi kerja isterinya di rumah,dipindahkan,dialihtugaskan atau dipinjamkan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan ke kantor RT RW yang masih melompong belum punya funitur dan perlengkapan kantor.Isterinya hanya bisa geleng-geleng kepala saja waktu tahu soal ini.

Ada satu hal saya terpaksa ikut terlibat dengan aksi super duper jiwa sosialnya kawan istimewa tetangga saya yang satu ini.Yaitu suatu ketika,saya diperintah untuk berbohong kepada isterinya.Berbohong ? Iya,saya harus bersekongkol dengan beliau,dan celakanya saya dijadikan kroni beliau dalam kasus ini.

Inilah kisahnya :

" Kang,tolong akang berbohong ya kepada isteri saya,bahwa kang Aang meminjam uang ke saya dari gaji bulan depan...,nah bilangin akang mau bayar 2 bulan kemudian..," katanya merayu saya sore itu.

"Lah,saya gak mau,memang bohong apaan..?" jawabku waktu itu.

"Pura-pura meminjam uang dari gaji saya bulan ini ya..!" katanya,sambil lanjut menerangkan rekayasa kami.

"Begini kang,kan saya akan dapat uang untung dari menjual motorku bulan depan nanti,Nah nanti akan saya bayarkan itu uang ,ibaratnya uang dari kang Aang membayar hutang ke isteri saya ,oke..!"

Saya disuruh berpura-pura untuk meminjam uang gajinya bulan ini ke isterinya,yang memang isterinya adalah bendahara keluarga yang sohor dengan kebijakan "uang ketat'nya di keluarga beliau.

Karena saya ada jiwa korsa (maksudnya korps setetanggaan),maka saya setujui rencana aneh beliau,dan saya yakin aksinya bukan untuk 'jadi teroris'.pasti untuk sebuah kebaikan.

Terus saya bilang,"Lah lalu uang yang pura-pura dipinjam saya itu untuk apa,sobat..?".Beliau menjawab," Itu uang untuk membuat kursi dan meja buat belajar agama Islam di kantor RT RW di sore hari ,bagi anak-anak di sekitar kampung kita," lalu lanjutnya," Dan sisanya,untuk uang muka membuat gotongan mayat di Mesjid yang sudah rusak,Pasaran atau Keranda mayat untuk orang mati di kampung kita..!".

Ternyata ia sedang merintis untuk membuat tempat,bangku dan meja serta perangkat belajar untuk  kelompok belajar atau Sekolah Diniyah Agama Islam di kampung kami,gan ! Dan sisanya untuk membeli keranda gotongan mayat bagi warga di kampung kami yang memang sudah rusak.Namun merintisnya masih diam-diam hanya kalangan kami tertentu saja yang tahu,termasuk istrinya tak akan diberitahu tahu dulu katanya.

***

*)Salam takzim saya buat temanku di kampung sana,jika engkau sekarang membaca postingan ini,maafkan saya kawan,mengumbar "aib' kita berdua di kompasiana.Hehe..pis ah! (sobatmu;anakjalanan).Semoga bermanfaat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun