Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Melihat Pengiriman TKW Informal dengan Pikiran Positif

6 Desember 2011   13:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:45 381 2
Di salahsatu rangkaian teori berpikir positif di tulis "Bagaimana menurut pikiran anda,bila melihat sebuah Gelas yang diisi air hanya setengah bagian gelasnya saja".

Yang berpikiran negatif kata teori itu akan berkata : Oh itu gelas berisi setengah kosong.Lalu yang berpikiran selalu positif akan berkata : Oh bukan setengah kosong tetaapi itu gelas berisi setengah penuh.

Opini saya pendapat keduanya benar dan betul,dan pendapat keduanya sangat manusiawi serta nyata tidak hanya teori.Tetapi pendapat yang berpikir negatif cenderung bernada putus asa dan memandang selalu sesuatu itu dengan hal yang jelek-jeleknya saja.Dan yang berpikir positif cenderung menutupi kekurangan (hal-hal alami dan nyata di abaikan)  padahal benar nyatanya gelas itu setengah kosong kan?,tetapi ada nada dan semangat penuh harapan di pikiran yang berpikiran positif.

Halnya tentang TKW informal lebih khusus lagi selanjutnya di sebut Pembantu Rumah Tangga saja biar simpel tak banyak istilah disingkat PRT biar lebih sopan tidak vulgar secara kalau di tulis Pembantu.Sejatinya Indonesia malu sih dengan tulisan atau istilah "pembantu" tetapi mengeksport mereka tidak malu...heran?,makanya banyak muncul istilah PLRT,PRT atau TKI migran atau ah...sama saja Pembantu.Kenapa malu itu kan fakta dan buktinya.Apa adanya.

Saya ajak sodara-sodari sebangsa untuk berpikiran positif hari ini tentang TKW pembantu ini :

1.TKW pembantu dapat mengurangi angka pengangguran di Bumi Pertiwi daripada banyak omong doang tentang program pembukaan lapangan kerja sebesar-besarnya bagi kaum sandal jepit,maaf minjam istilah wartawan dan mereka saat itu.Tetapi nyatanya bukan lapangan kerja baru terbentuk malah PHK makin banyak.

Bayangkan di Saudi Arabia dari yang terdata maupun yang tidak terdata terdapat kurang lebih satu juta orang komoditas eksport berbentuk pembantu (Wanita Indonesia) yang bekerja dengan gaji rata-rata 2 juta rupiah perbulan.

Maaf kalikan saja dua juta rupiah kali satu juta orang yaitu dua juta- juta rupiah (maaf pembaca lebih tahu istilah untuk angka ini...hehe).Ini devisa satu bulan dari TKW Saudi saja.

Belum TKW Hongkong dan Asia sekitarnya termasuk Malaysia dan Singapore ada sekitar 1,5 juta lebih TKW dengan gaji yang lebih tinggi di banding di Saudi.

Jumlahnya sudah pasti berjuta-juta lagi devisa sebulannya.Belum ada sekitar 5 ratus ribu TKW di Timur tengah selain Saudi seperti di UEA dan dan sekitarnya.Berapa juta-juta lagi dari TKW ini jumlah peraihan dan sumbangan devisanya.

Alhasil sebulan akan terkumpul devisa dari Pembantu saja akan berubah sebutannya dari Juta ke Trilyun.Karena judulnya berpikir positif di artikel ini tentu saja hal ini adalah berita yang "menggembirakan "bagi Pemerintah dan 'pemangsa" devisa lainnya di Tanah Air.

Itu nomor satu,Yang kedua, positifnya eksport TKW Pembantu kita melihat manfaatnya yaitu rata-rata satu orang TKW menanggung dan membiayai keluarganya ,setiap satu orang TKW mereka menghidupi rata-rata Empat orang anggota keluarganya di Tanah Air,Mari berhitung lagi jumlah total general semua TKW di seluruh dunia, katakanlah Saudi satu juta orang,Hongkong dan Asia satu juta orang,Timur tengah non Saudi tiga ratus ribu orang.Jumlah perkiraan kurang lebih ada Dua juta tiga ratus ribu jiwa TKW  di kali mereka menghidupi 4 orang keluarganya sama dengan 9.300.000 orang mendapat manfaat langsung dari pekerjaan TKW ini.

Ketiga,Perusahaan-perusahaan terkait menjadi beruntung dan berjalan usahanya misal PJTKI,Travel Pemulangan,Bandara jadi ramai,Perusahaan Penerbangan ramai tiap hari dengan lalaulintas TKW ini,tiap hari selalu saja ada yang Pulang dan ada yang Pergi.

(Sebagai tambahan Penerbangan Garuda Indonesia rute Jakarta -Riyadh saat ini telah di hentikan,karena sejak penghentian sementara pengiriman TKI/W ke Saudi penumpang Garuda dari dan ke Jakarta-Riyadh jadi berkurang).

Keempat,sudah banyak contoh kenyataan bahwa sudah terlahir ratusan orang sarjana-sarjana atau paling tidak lulus SMA atau Diploma atau kursus atau akademi dari hasil menjadi TKW ini,walaupun ibu mereka sampai tumbuh uban di perantauan...hehe maaf ya bu...memang nyata kok.

Di dalam sebuah persoalan pelik dan simalakama tentu akan ada jalan terbaik walaupun berat dan tidak mungkin tidak ada yang dikorbankan idealismenya.Apapun itu masalahnya selalu ada efek positif maupun negatif.Kenyataan saat ini lapangan kerja yang masih kurang ditambah jikalau ada kerjaan pun gajinya tidak sebesar di luar negeri apalah boleh buat,pemerintah harus tetap membuka peluang pengiriman Tenaga kerja Infromal ini.

Tetapi dengan harapan semua sitem dan teknisnya menjadi lebih manusiawi dan berjalan dengan lebih baik.Serta di saatnya suatu waktu dengan perlahan namun pasti semoga pengiriman TKI informal bisa dikurangi karena di dalam negeri sudah sejahtera,tercukupi lapangan kerja dan bila seandainya mengirim TKI pun adalah TKI yang formal,berpendidikan dan berkeahlian.

Semoga.Merdeka.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun