Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Menjajal Moda Transportasi Metro Dubai

20 Januari 2014   10:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39 119 0
Mendatangi negeri orang, adalah salah satu cara melakukan perbandingan sesuatu atau beberapa hal dengan negeri sendiri. Dan transportasi umum adalah satu dari sekian banyak yang bisa dicoba untuk kemudian dibandingkan.

Dengan bermodal kartu Nol yang dipinjamkan oleh sepupu, saya mencoba menjajal metro, moda tranportasi kereta api di Dubai. Dengan kartu ini, tidak perlu lagi uang tunai di tangan. Pengisian (top up) bisa dilakukan dengan mesin yang tersedia di dalam stasiun dengan banyak pilihan pecahandari yang nominal kecil sampai yang besar. Tinggal pilih sesuai kebutuhan dan uang yang sedang ada saat itu.

Semua tarif perjalanan yang kita lakukan akan didebit dari kartu itu sesuai dengan jarak yang ditempuh. Jika saldo tidak cukup, maka akan diambil dari top up berikutnya. Jadi pastikan saldo selalu cukup dan rajin mengisinya setiap saldo mulai berkurang supaya tidak rugi. Saldo itu akan tertera setiap saat keluar stasiun atau saat turun dari bis. Hmm.. rasanya dulu KAIpun punya kartu seperti ini, tapi sekarang apa kabarnya ya?

Stasiun metro selalu bersih dan nyaman. Peta-peta penunjuk arah terpampang jelas. Kereta diatur dengan komputer, dan datang dalam rentang waktu lima menit. Detik-detik kedatangan diumumkan dan ada layar tivi yang menunjukkan berapa menit lagi kereta memasuki stasiun. Lalu terpikir kembali layar di shelter busway yang sering tidak berfungsi dan hanya menunjukkan pergerakan busway yang datangnya tidak bisa diprediksi.

Dan beberapa mall besar di Dubaipun sudah ada terowongan dari stasiun yang langsung menuju ke dalam mall. Kebersihan dan kerapihannya patut diacungi jempol. Jarang ditemui tempat sampah dan nyaris tak terlihat ada ceceran sampah. Suatu hal yang luar biasa. Lagi-lagi terlintas keadaan di tanah air saya, duh miris dan malu rasanya.

Halte bis pun cukup manusiawi. Dilengkapi dengan sliding door, walau hanya bisa menampung sekitar 10 orang untuk duduk di dalamnya, tapi setidaknya bisa menunggu tanpa diterpa panas atau hujan.

Kapan Indonesia kita bisa seperti ini?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun