Pada dasarnya, tingkat kebisingan di sekitar kitalah yang membuat lemah atau kerasnya tingkat suara/level volume yang kita dengarkan lewat earphone. Level volume di malam hari yang hening sudah pasti berbeda dengan level di siang hari saat kita, misalnya, berada di angkutan umum. Dalam situasi ini, orang cenderung untuk menaikkan level volume untuk bisa menutupi tingkat kebisingan di sekitar angkot tersebut, dimana pastinya ada suara mesin angkot itu sendiri, suara klakson atau knalpot di sekeliling angkot, plus suara orang-orang yang berada di angkot itu.
Terlepas dari memakai earphone atau tidak, perlu diketahui bahwa ada skala yang dapat digunakan sebagai patokan pada level berapa suara yang kita dengar berada dalam skala yang aman atau mulai dapat membahayakan telinga kita. Untuk orang dengan pendengaran normal, skalanya terletak antara 0-20 dB. Jika di atas itu, artinya kondisi pendengarannya mulai tidak berfungsi dengan normal. Sementara itu,tingkat kebisingan 85 dB sudah beresiko pada masalah pendengaran permanen. Maka disarankan jika mendengar dengan skala 85 dB, maksimum terpapar adalah 8 jam sehari. Seberapa jauh tingkat kebisingan dapat merusak pendengaran, tergantung pada kerasnya suara dan lamanya kita mendengar suara tersebut. Bayangkan jika karena saking keasyikan maka terus menerus mendengar musik di skala 115 dB, pendengaran kita akan rusak hanya dalam hitungan 10 menit saja.
Karena itu, mulai sekarang, sayangilah telinga kita. Sebagai salah satu indera yang vital keberadaannya, jika mulai terganggu karena keteledoran kita sendiri, tentunya sedikit banyak akan memberi dampak pula dalam pergaulan. Kan jadi perih hati, kalau ada yang nyeletuk, “Cakep cakep kok budeg ya??” atau “Cantik sih cantik, tapi budegnya gak nahan men!!”
Tabel : Dari Google