Kau datang,
Kau bukan tamu yang ku undang
Berkali-kali aku mengusirmu
Dengan senyum mautmu,
kau duduk di sudut hatiku,
mengunci pergerakanku
Tanpa bersalah, kau menyatu dengan sel-sel tubuhku,
mengalir bersama darahku
Darimana kau berasal?
Di mana rumahmu?
Agar bisa kugendong kau,
kukembalikan kau pada tempatmu
Bagaimana kalau sekalian kumusnahkan rumahmu dengan rudal hingga hancur berkeping-keping?
Atau
Ku suguhkan saja kopi dengan racikan sianida?
Hingga kau tersiksa lalu lenyap.
Berhenti !
Aku tak mau ada lagi korbanmu,
cukuplah aku !
Rindu...
Kau terdakwa yang tak bisa kupenjarakan.