Salah satu aspek terkenal dalam teori evolusi Charles Darwin adalah gagasan bahwa manusia memiliki nenek moyang bersama dengan monyet. Menurut pandangan Darwin, manusia dan monyet saat ini berasal dari nenek moyang yang sama pada masa lampau yang lebih jauh.
Darwin mengamati bahwa manusia dan monyet memiliki banyak kesamaan dalam struktur anatomi dan perilaku mereka. Dia menganggap kesamaan ini sebagai bukti bahwa manusia dan monyet memiliki garis keturunan yang sama, yang berasal dari nenek moyang bersama di masa lalu. Dia berpendapat bahwa garis keturunan ini mengalami perubahan dan pemisahan seiring waktu, menghasilkan beragam spesies yang ada saat ini.
Namun, penting untuk dicatat bahwa Darwin tidak secara khusus menyatakan bahwa manusia berasal dari monyet modern yang kita kenal hari ini. Dia berpendapat bahwa manusia dan monyet memiliki nenek moyang yang sama, yang merupakan spesies primata yang sudah punah. Dalam teorinya, ia menggambarkan evolusi sebagai cabang pohon yang saling bercabang, dengan setiap cabang mengarah ke spesies yang berbeda-beda.
Konsep ini kemudian dikembangkan oleh ilmuwan-evolusionis lainnya, dan saat ini teori evolusi manusia dari nenek moyang primata telah mendapatkan dukungan yang kuat melalui bukti-bukti dari rekaman fosil, penelitian genetika, dan perbandingan antara struktur anatomi manusia dan primata lainnya.
Menurut mahasiswa Antropologi Universitas Negeri Medan menjelaskan bahwa,
"Tidak mungkin nenek moyang manusia itu monyet, tidak masuk akal dengan adanya perubahan bentuk fisik. Antropologi melihatnya bahwa Charles Darwin itu mencari kebudayaan, seperti bagaimana mereka hidup dan kebudayaan itu dimulai seperti melihat bagaimana mereka memasak, bagaimana perhiasan, meramu, alat berburu, menggambar di goa, cara memiliki keturunan, bagaimana mereka bercocok tanam dan bagaimana cara mereka berkelompok di dalam adat manusia purba. Jadi Antropologi melihat sosialnya, kebudayaannya tidak terpatok bahwa nenek moyang manusia itu berasal dari monyet." tutur Kartini mahasiswa Antropologi.