Keterbatasan Web2 dalam Pengelolaan Fans dan Follower
Dalam model Web2 saat ini, platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan yang lain telah mendominasi ruang online, dengan pengguna yang terhubung terutama melalui like, follow, dan share. Meskipun platform ini telah memfasilitasi tingkat konektivitas dan komunikasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, platform ini juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Kontrol terpusat: Platform media sosial dimiliki dan dioperasikan oleh entitas terpusat yang memiliki kontrol atas data pengguna, moderasi konten, dan algoritme tertentu. Hal ini dapat menimbulkan masalah seperti sensor, pelanggaran privasi data, dan manipulasi informasi.
2. Keterlibatan satu dimensi: Cara utama pengguna berinteraksi dengan konten pada platform ini adalah melalui like dan follow, yang bisa jadi terbatas dalam hal mendorong keterlibatan yang bermakna dan memahami preferensi pengguna.
3. Peluang monetisasi terbatas: Meskipun influencer dan pembuat konten dapat menghasilkan uang melalui sponsorship, iklan, dan bentuk monetisasi lainnya, platform itu sendiri mengambil potongan pendapatan yang signifikan. Hal ini dapat mempersulit pembuat konten yang lebih kecil untuk mendapatkan penghasilan yang adil dan berkelanjutan dari pekerjaan mereka.
Revolusi Web3 dalam Pengelolaan Fans dan Follower
Teknologi Web3, seperti blockchain, penyimpanan terdesentralisasi, dan smart contract, mengatasi keterbatasan ini dan mengubah cara pengelolaan fans dan follower dilakukan:
1. Desentralisasi dan kontrol pengguna: Platform Web3 dibangun di jaringan terdesentralisasi, yang berarti tidak ada entitas tunggal yang memiliki kontrol atas platform. Hal ini memungkinkan transparansi yang lebih besar, ketahanan terhadap sensor, dan kontrol pengguna atas data mereka.
2. Peningkatan keterlibatan dan personalisasi: Dengan Web3, pengguna dapat berinteraksi dengan konten dengan cara yang lebih bermakna, seperti melalui sistem voting berbasis token, platform media sosial terdesentralisasi, dan rekomendasi konten yang dipersonalisasi berdasarkan preferensi dan perilaku pengguna.
3. Peluang monetisasi baru: Web3 memungkinkan pembuat konten untuk memonetisasi konten mereka secara langsung melalui tokenisasi, memungkinkan penggemar untuk membeli token yang mewakili bagian dalam karya pembuat konten atau pendapatan masa depan. Hal tersebut dapat memberikan model bagi hasil yang lebih adil, serta peluang baru untuk keterlibatan penggemar melalui konten eksklusif, pengalaman  eksklusif, penawaran khusus, dan lainnya.
Studi Kasus: Platform Web3 Inovatif
Beberapa platform Web3 sudah membuat gebrakan dalam ruang pengelolaan fans dan follower:
1. Audius: Platform streaming musik terdesentralisasi yang memungkinkan artis untuk mengunggah musik mereka secara langsung dan mendapatkan pendapatan melalui reward berbasis token.
2. Mirror: Platform penerbitan Web3 yang memungkinkan penulis untuk menokenisasi karya mereka, memungkinkan penggemar untuk berinvestasi pada pembuat konten favorit mereka dan menerima bagian dari keuntungan.
3. Litera: Platform yang memungkinkan pembuat konten untuk meluncurkan program keterlibatan dan loyalitas Fans mereka sendiri, dengan memberikan poin kripto dan atau NFT. Dimana NFT yang diterbitkan dapat dibeli oleh penggemar untuk mendapatkan akses ke konten eksklusif, penawaran khusus, pengalaman eksklusif, dan lainnya.
Kesimpulan
Web3 sedang mengantarkan era baru pengelolaan fans dan follower, yang dicirikan oleh desentralisasi, peningkatan keterlibatan, dan peluang monetisasi baru. Seiring dengan terus berkembangnya teknologi, kita dapat berharap untuk melihat lebih banyak platform dan alat inovatif yang memberdayakan pengguna dan pembuat konten, yang pada akhirnya dapat menciptakan ekosistem digital yang lebih adil dan berkelanjutan.