Mohon tunggu...
KOMENTAR
Gaya Hidup

Mengenalkan Food Combining Pada Anak

9 Juni 2015   19:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08 204 1

 

Beberapa tahun saya menjalani food combining, yang tadinya sendiri, kini bersama ibu, suami dan anak-anak. Khusus anak-anak memang masih menjadi tantangan tersendiri, baru sebagian saja dari prinsip-prinsip FC yang mereka mau lakukan. Enggak masalah, sebagai Ibu saya juga tidak bermaksud menjejalkan apa yang menurut saya baik pada mereka.

Meski demikian, edukasi pola makan yang sehat tetap harus berlanjut. Alangkah menyedihkan jika saya menulis buku dan juga banyak artikel tentang food combining (dengan tujuan mengedukasi orang lain, namun keluarga sendiri justru tak tersentuh. Khusus anak-anak, strateginya memang berbeda. Ada seninya, kapan hanya sekedar memberi contoh, kapan menjelaskan dengan berbicara, kapan setengah memaksa, he..he… memaksa dengan halus.

 

Pertama, contoh tetap yang utama. Cepat atau lambat, jika melihat orangtuanya makan dengan pola tertentu, kemungkinan besar anak akan meniru. Sarapan buah, misalnya atau berbuka puasa dengan takjil berupa buah, melihat ayah bundanya sarapan buah anak-anak saya biasanya dengan sukarela mau mengikuti tanpa protes. Dengan catatan, buah-buahan yang disediakan adalah kesukaan mereka dan disajikan dengan cara yang mereka sukai. Kak Asa, anak lanang saya yang mbarep misalnya, suka sekali semangka. Asal ada semangka, pasti lahap dan sudah tak lagi menagih menu lanjutan untuk sarapan. Cukup buah saja. Nah… lain lagi kalau yang ada kebetulan jeruk atau apel, kudu disajikan dalam bentuk jus, kerjaan ekstra buat emaknya nih… tapi demi…demi apaaaah? Demi anak mau makan buah ya dilakoni saja dengan ikhlas (meski kadang ngomel bukan berarti gak ikhlas. Wkwkwk)

 

Lain Kak Asa, lain pula Dik Rania. Gadis kecil, si nomer dua ini cenderung susah ditebak apa maunya. Maksudnya, dia tidak punya jenis-jenis buah favorit, begitupun sayur. Tapi Emaknya sudah mengenali celahnya, dia biasanya mudah tertarik dengan bentuk dan warna yg beraneka. Jadi tinggal emaknya sedikit kreatif, biasanya buah-buahan mudah saja masuk. Telap..telep…tanpa ada paksaan sedikitpun. Bahkan seringkali minta porsi tambahan. Ha..ha…

 

 

Oh ya. Anak-anak saya belum bisa sarapan buah eksklusif. Buah memang jadi menu sarapan pertama, namun mereka masih meminta menu lanjutan berupa karbo, seringnya ya nasi. Ya enggak papa, namanya juga masih belajar. Kadang-kadang saja mereka minta hanya buah saja dan bekalpun buah. Kalau sudah begini, emaknya bisa senyum-senyum seharian. He..he..  

Namun jangan dibayangkan, sepanjang waktu anak mau makan apa yang menurut kita sehat. Ada kalanya, meski sudah disiasati dengan beraneka rupa strategi, anak tetap ogah makan buah (atau sayur). Ya sudahlah yaa, jangan dipaksa. Kalau sudah dijelaskan dengan penuh kelembutan, sudah pula disiasati dengan berbagai cara anak tetap menolak makan apa yang kita sodorkan, jangan dipaksa dong ah. Waktu bersama anak terlalu berharga untuk hanya sekadar dihabiskan untuk ribut-ribut soal makan. Ya wis ben, kasih dulu aja apa yang dia mau. Sambil terus puter otak, besok kasih apa lagi ya biar dia mau. Ha..ha..teteupp PR buat orangtuanya.

 

Yang sering menjadi masalah kalau buat saya adalah kombinasi karbo dan protein hewani. Kalau dalam FC ini kombinasi terlarang. Nah, buat anak-anak saya, sementara makan tanpa nasi itu apalah? Terutama buat si anak lanang. Sehingga, kalau sudah tak bisa lagi dibujuk biasanya saya berikan saja dengan porsi karbo kecil saja daaaan saya berikan raw veggie dalam jumlah agak banyak. Yesss… jadi emak emang harus banyak akal.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun