Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Pengamen sexy itu bernama Lucy..

23 Desember 2011   02:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:52 881 6

Gara gara menerjang genangan air, hari ini gerobak kesanyangan harus masuk bengkel, Padahal pagi ini jam 10:00 aku harus memenuhi kewajiban mengajar. Jarak dari rumah ke tempat mengajar cukup jauh kalau naik motor, waduh… nggak sanggup deh… lagipula cuaca pagi ini agak mendung, khawatir kehujanan di jalanakhirnya kuputuskan naik bis.

Bis patas yang kudapatkan cukup nyaman. Penumpang yang naik tidak memenuhi kursi kursi yang ada sehingga dengan mudahaku menemukan tempat duduk di deret nomor dua. Bangku sebelahku kosong. Kulihat hujan mulai turun makin lama makin deras. Di sebuah kota kecil bis berhenti menaikan penumpang bersamaan dengan itu naik juga seorang pemusik jalanan.

Pertama melihat pemusik jalanan aku sudah tertarik, tidak hanya penampilannya yang nyentrik tapi, biasanya pemusik jalanan di dominasi oleh pria, yang kulihatkali ini seorang wanita, masih muda dan cantik dengan gitar di dekapannya. Rambutnya lurus panjang diikat seadanya dengan sebuah penjepit rambut berbahan plastik, badannya cukup proporsional. Mengenakan hem kotak kotakdan celana jeans yang agak ketat terlihat cukup trendy dengan ikat pinggang dari metal,.... tidak kalah dengan mahasiswa mahasiswa di kampus hehehe…

“ Selamat pagi bapak bapak, ibu ibu, adik adik, kakak kakak, perkenankan saya mempersembahkan sebuah lagu mengantarkan perjalanan anda sekalian dipagi yang dingin kali ini….

Jreeeeng….. ia mulai melantunkan bait bait lagu ………

….. cah bagus… ojo sumelang… [ anak cakep.. jangan khawatir]

…. Melu aku tak jak ngamen neng prapatan… [ikut aku kuajak ngamen di perempatan]

…. Njaluk HP mesti keturutan… [minta HP pasti keturutan]

… Nanging gelem ora mangan sangang wulan…. [asalkan mau nggak makan Sembilan bulan]

Aku tersenyum mendengar bait bait lagu yang dinyanyikan gadis sexy itu.. kocak sekali.. dan ketika ia menyodorkan kantong di depanku matanya melotot..ia terkejut karna yang kumasukkan lembaran sepuluh ribuan…

“ Ndak ada kembalinya, mbak… nggak usah aja…. Terimakasih…” kata gadis itu terdengar sedikit kecewa.

“ Lho.. saya nggak minta kembalian kok… dah.. ambil aja semua…”

“ beneran…?? Wah… suwun, mbak….” Ia berlalu menyodorkan kantong kepada penumpang lainnya.

Hujan masih deras mengguyur bumi. Perjalananku masih satu jam lagi… kulihat gadis pengamen tadi berjalan mendekatiku.

“ Permisi, mbak… boleh duduk sini? “ sebelum aku menjawab gadis itu duduk di sampingku. Tercium bau parfum murah dari tubuhnya namun tetap segar.

“ oh, silahkan….”

“ Terimakasih, mbak… ngasih uangnya banyak sekali.. biasanya orang orang ngasihnya sih Cuma sewu (*seribu) tapi mbak masukin sepuluhribu… suwun ya…” ia tersenyum kelihatan senang.

“ Lagunya apik lho… ngarang sendiri ya…”

“ Oh.. nggak, mbak… itu khan lagunya orang ngamen… saya Cuma ikut ikut aja kok, mbak….”

“ Masih sekolah ya…?

“ Hahaha… sekolah opo mbak….. duit dari mana? Untuk makan aja saya kudu ngamen seharian..” tiba tiba kulihat sorot matanya berubah mengandung kepedihan.

“ Orang tua masih ada? ..” tanyaku hati hati, takutnya ternyata orang tuanya sudah tidak ada….

“ Embuh, mbak…. Orang tua saya sebenarnya ada, tapi saya ndak tau dimana… “ kepala gadis itu menunduk seolah meratapi nasibnya.

“ Maaf ya dik…………..”

“ Ndak pa pa, mbak… saya Lucy…. “

“ Oh, saya Lia…..” tiba tiba BB ku berbunyi, ada email masuk.

“ Wah… HP nyaapik ya mbak… pasti harganya mahal ya…hmmm.. saya juga pingin punya HP sendiri yang bisa dipakai pesbukan…. ” Lagi lagi dengan keluguannya ia menerawang jauh… ah aku jadi kasihan sama anak ini.

“ Usiamu berapa dik….”

“ Delapan belas, mbak… saya putus sekolah tiga tahun yang lalu waktu kelas satu SMA, gara garanya saya kabur dari rumah ibu saya….”

“Lho… kok kabur kenapa? Dimarahi..?” tanyaku penasaran. Karena kupikir dari penampilannyaLucy ini pantasnya jadi gadis rumahan bukan pengamen jalanan.

“ Ah…. Ibuku memang asu..!!.”

“ Haah… hush… nggak boleh begitu sama ibu… dosa lho…”kaget sekali aku mendengar kata kata Lucy barusan. Dalam wajahnya yang manis ternyata tidak semanis sikapnya terhadap ibunya.

“ Mbak nggak tau sih… ibuku itu pelacur… lonthe..!! “ sekali lagi kutangkap kebencian yang sangat dalam di raut wajah gadis itu.

“ Tapi ibu khan sayang sama Lucy…”

“ Sayang apanya, mbak… waktu aku berumur 15 tahun dia sudah menjualku sama om om….. lha untung aku bisa melarikan diri… dan sejak saat itu aku minggat.. lebih baik ngamen.. biar capek tapi halal… daripada harus menjual diri…”

Wadhuh….. Dadaku mendadak sesak.. tak menyangka perjalanan ini memberiku sebuah pelajaran hidup.. tiba tiba aku merasa menjadi manusia yang paling beruntung.. meski bunda sudah tiada sejak aku masih berusia 13 tahun, namun ajaran dan didikan penuhnilai kebaikan beliau tetap kukenang. Merinding aku membayangkan seorang ibu yang justru tega menjerumuskan anaknya…

Lucy sebenarnya dalam sebuah dilema. Yang kulihat ia sangat mendambakan kasih sayang dari orang terdekatnya, namun di sisi lain ia sudah tak mempercayai cinta dan kasih sayang itu.. satu satunya orang terdekat adalah ibunya… yang tega menjual dirinya… ah.. tiba tiba aku memikirkan nasibnya.

“ Lucy .. kamu mau tidak ikut saya mengajar hari ini? Aku sedang memikirkan mata kuliah Sosiology yang akan kuberikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun