Sore sebentar lagi beranjak pergi ketika saya memasuki pintu gerbang pelabuhan Suamlaki. Tidak ada kerumunan orang-orang yang naik maupun turun dari kapal putih. Sebutan untuk kapal Pelni. Hanya terlihat beberapa buruh pelabuhan mengangkut karung-karung cokelat, menuruni tangga kayu curam yang hanya selebar kaki manusia, begitu cepat mereka naik turun dari kapal barang yang baru sandar dari Surabaya. "Mungkin, barang-barang pesanan dari toko dekat pasar," pikir saya sambil melayangkan pandangan seorang bocah kecil bersiap melepas umpan ke dalam kolam pelabuhan.
KEMBALI KE ARTIKEL