Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Sepuluh Tahun Kiprah Muthiah Alhasany, Kompasianer yang Patut Dikagumi

1 Mei 2020   04:06 Diperbarui: 1 Mei 2020   05:04 211 42
" Ayo ikutan nulis, kalah menang masalah belakang, sing penting nulis! Hajaaarr!" .

Bagi para anggota group Whatsapp KPB alias Komunitas Penulis Berbalas pasti sudah terbiasa dengan kalimat tersebut, yang kerap terlontar dari penulis Kompasiana asal Curup, Zaldy Chan atau lebih dikenal dengan sebutan uda Jack. Kalau untuk provokator literasi, beliau memang patut diakui!

Tapi buat uda Jack, jangan deg-deg plas dulu yaa kalau kebetulan baca artikel ini karena saya tidak sedang menulis tentang dirimu yang memang patut menyandang gelar provokator ulung di group KPB.

Satu hal yang sampai sekarang saya tidak habis pikir sebetulnya, setelah lebih 18 tahun menetap di negeri Paman Sam, saya kok merasa di sini waktu begitu cepat berlalu  ketimbang saat berada di tanah air. Padahal kan kalau di hitung-hitung, sama saja di mana-mana dalam satu hari itu ada 24 jam.

Nah, untuk soal satu ini saya akan menuduh Sang Waktu, yang sering membuat saya keteteran dalam segala hal, baik itu aktivitas menulis di Kompasiana maupun mengikuti percakapan di group-group Whatsapp saya yang lumayan banyak, dan sederet aktivitas lainnya.

Eh, tapi kalau bicara Sang Waktu, mau tak mau secara tidak langsung kita ngomongin si Warkasa, penulis Kompasianer yang juga anggota group KPB. Coba lihat tulisan-tulisannya banyak sekali bercerita tentang Sang Waktu. Mohon maaf Warkasa tulisan ini juga bukan tentang dirimu yaa..

Semalam saat membuka WA group KPB ada sekitar lima ratusan lebih chat di dalamnya. Tak mungkin saya membacanya satu persatu, bisa-bisa tidak tidur malam itu. Waktu hendak menghapus chat tersebut, sepintas mata saya tertuju pada kata "hajar" nya Zaldy Chan. Hmmhhmm ... sedang memprovokasi apa lagi si uda Curup satu ini. Eh .. kok jadi ngomongin si provokator itu lagi? Sudah ah nanti hidungnya malah kembang-kempis!

Singkat cerita, niat menghapus chat pun terhenti. Ada link dari Kompasiana yang di share oleh Zaldy Chan (janji! ini terakhir saya nulis namanya di artikel yang bukan untuknya ini)

"Ikuti , Give Away 10 Tahun Saya di Kompasiana" oleh Muthiah Alhasany. Hah? 10 tahun mba Muthia berkarya di Kompas? Yang bener ? Dalam hitungan penghargaan, 10  tahun itu adalah aluminum kalau enggak salah! Sebuah pencapaian yang patut dihargai.

Secara pribadi saya sendiri tidak begitu mengenal mbak Muthiah Alhasany. Kalau dari profile yang saya lihat di Kompasiana, di sana tertulis bahwa beliau adalah pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Di saat saya selalu berusaha menghindari dari segala sesuatu yang berhubungan dengan politik, eh mbak Muthiah Alhasany malah mengamatinya. Hebat kan ?

Saya juga terkesima, saat beliau menuliskan bahwa ada satu cerpen yang ditulisnya pernah dibaca lebih dari 50,000 orang. Wah, kalau tulisan saya dibaca sekian banyak orang, pasti saya akan langsung membutuhkan nafas buatan! Terkapar!

Apalagi saat beliau bercerita bahwa puluhan artikelnya raib saat Kompasiana dilanda eror, waduh! Kalau itu terjadi pada artikel saya, raib begitu saja apapun alasannya, pasti saya sudah di lockdown di RS jiwa, he..he..

Tidak demikian halnya dengan mbak Muthiah Alhasany, raibnya puluhan artikel, tidak membuatnya membenci Kompasiana atau berhenti menulis. Kejadian ini justru memotivasi dirinya untuk tetap menulis, seolah ia ingin menggantikan semua tulisannya yang pernah hilang.

Ingatan sayapun melayang pada saat merayakan event ulang tahun bulan februari lalu, dimana beliau ikut berpartisipasi dalam event berbagi kebaikan itu.

Tulisannya yang berjudul "Perempuan yang Terbuang" menceritakan tentang Tini, sahabat kuliahnya. Tini berasal dari keluarga berada yang terusir dari rumahnya setelah kedua orang tuanya meninggal. Di situ saya bisa menangkap bahwa mba Muthiah Alhasany adalah sosok wanita dengan kesetia kawanan yang tinggi. Baca deh, artikelnya yang menyentuh hati. Kalian bisa langsung klik pada judul tulisan tersebut di alinea ini.

Mbak Muthiah juga termasuk Kompasianer yang cukup beruntung, karena telah diberi kesempatan bekerja di Turkey, diundang makan siang oleh Pak Presiden Jokowi dan kemenangan akan terpilihnya Komunitas Clickompasiana yang dikelolanya sebagai Komunitas terbaik 2019. Suatu keberuntungan yang patut disyukuri.

Sayapun merasa beruntung telah dipertemukan dengan beliau melalui literasi. Mungkin suatu saat nanti bisa bertatap muka langsung dengannya. Insya Allah.

Waktu menunjukkan pukul 4.30 sore, tanggal 30 April 2020 Waktu Indonesia Bagian Paman Sam. Hari ini saya sengaja membawa ipad saya ke kantor, sesuatu yang jarang saya lakukan. Dengan harap-harap cemas agar saya bisa mencuri curi waktu di kantor untuk menulis ini. Mudah-mudahan tulisan ini tidak di kualifikasi beliau, dan mudah-mudahan saya dapat yang souvenir pashmina warna toska he..he..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun