Hmm, nomor Jakarta nih. Berarti memang harus saya angkat karena biasanya penting, kalau tidak ngasih rejeki ya ngasih tagihan.
“Halo! Yak..?!”
“Selamat siang Bapak, saya dari PT XL bla.. bla.. bla…”
Suara seorang wanita di seberang sana membuat konsentrasi saya meningkat, terlebih dia menyebut XL, salah satu operator top markotop di negeri ini.
“Begini Pak, kami mendapat mandat dari Menteri Telekomunikasi dan Informasi untuk menyampaikan kabar gembira kepada Bapak, bahwa…”
“Sebentar, sebentar… gimana kurang jelas?” tanya saya.
Sesaat saya bisa langsung menyimpulkan arah pembicaraannya. Suara wanita itu jelas sangat jauh dari merdu, beda dengan kebanyakan petugas customer service. Bahkan nadanya juga mirip orang membaca teks, agak gagap dan tidak luwes.
“Emm, kabar gembira Pak, dari Menteri Telekomunikasi dan Informasi bahwa Bapak mendapat…”
“Oh iya, bentar saya mau tanya, nama Bapak Menteri Telekomunikasi itu siapa ya? Saya kok lupa?”
“Eh, Pak? Ini kami sampaikan kabar gembira…"
“Lho, siapa namanya mbak?”
“Tut… tut…” dan sambungan telepon berisi “kabar gembira” itu terputus tanpa menghasilkan apa-apa.
Sayang dia memutuskan sambungan telepon, padahal masih banyak bahan perbincangan yang pastinya seru untuk diobrolin.
Namun, sungguh mengherankan juga ini penipu. Mau nipu kok sama sekali tidak rapi. Pertama, memakai wanita yang tidak pas secara kualitas suara dan nada bicara untuk mengelabui korban. Kedua, kalau sampai Bang Tifatul tahu pasti bingung juga jabatan Menteri Komunikasi dan Informatika diubah jadi Menteri Telekomunikasi dan Informasi.