Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Parodi Jalan Raya [2] : Klakson di Pagi Hari

15 Maret 2010   03:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:25 84 0
"Toooot!!!"
Suara klakson membuyarkan lamunanku.
"Tiiiiiin!!"
Belum lagi gaung klakson pertama habis sudah disusul dengan klakson lain. Kompak. Seperti pawai ketika musim pemilu.
Satu persatu kendaraan melewatiku. Padahal aku sudah menepi dari semula. Tidak dalam posisi tanggung. Tapi masih saja klakson2 itu menyemprotku.


Kurasa, pabrikan membuat klakson, difungsikan cuma sebagai pengingat di saat2 genting dan terdesak. Tapi kita sering seenaknya dengan alasan ketergesaan membunyikan klakson seperti anjing menyalak2.

Kenapa kita sering sekali tidak sabar? Perlu ditegaskan, di jalan raya (baca = semua fasilitas publik) kita memiliki kepentingan,dan kedudukan yang sama! Tak perlu menyalak-nyalak pun! Jika masing-masing pribadi pengguna jalan raya SADAR dan memahami bahwa ini fasilitas bersama, hanya ORANG BODOH lah yang masih membunyikan klakson. Tak perlulah kendaraan dan pengendaranya meracau bak dukun gadungan!

Dalam negara berbudaya, etika, dan toleransi tinggi seperti di Jepang, anda tidak akan menemukan suara klakson jangankan bergaung, berbisik saja tidak! Sebuah kutipan yang sekiranya layak untuk "studi banding"

"Eh, kenapa ya orang-orang ngga ada yang bunyiin klakson?" tanyaku pada suami, yang kebetulan orang Jepang. "Ngapain bunyiin klakson? Kayak orang bodoh aja? Nanti juga kan dapat gilirannya kalau mau jalan?" suamiku malah balik bertanya. Memang kulihat lalu lintas di Jepang teratur, yang jalan lurus sudah ancang-ancang dari jauh memilih jalur lurus, begitu juga yang ingin belok mengambil jalur sisi jalan agar tak menghalangi mobil yang akan jalan lurus. Mobil yang akan belok kanan akan mendahulukan pengendara yang berlawanan arah, baik itu yang jalan lurus ataupun yang belok kiri.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun