Kalimat itu mampir di ponsel saya kurang lebih 10 tahun lalu.
Dalam hening yang panjang, saya balas SMS itu dengan kalimat yang saya sesali di tahun keempat sejak SMS itu dikirimkan. Salah satu kalimat terbijak yang pernah saya lontarkan seumur hidup.
"Setahuku anggur yang paling baik akan dikeluarkan terakhir."
Kalau dipikir-pikir, kok bisa ya "seorang saya", menjawab begitu?
Dan homili pada suatu sore mengirim kembali memori tersebut. Saya terhenyak mendengar kalimat serupa. Kali ini, rasanya ingin sekali membalasnya dengan kata-kata, "Akupun. Akupun."