Saya punya satu kawan baik yang kok nasibnya sial terus. Saya katakan sial karena entah mengapa dia selalu muncul secara ajaib di dekat saya ketika saya dirundung duka. Skenarionya bisa macam-macam: (1) saya sedih lalu dia muncul, atau (2) dia datang, lantas kabar buruk menimpa saya saat kami masih bertatap muka. Memang sih, tidak selalu begitu. Banyak juga peristiwa buruk yang tidak bersangkut paut dengan kehadirannya. Tapi sebagian besar pengalaman buruk saya disertai oleh kehadirannya. Aneh ya?
Kadang saya penasaran dengan apa tanggapan teman saya tersebut mengenai fakta ini. Apakah dia merasa sedih karena sisi wajah yang dia lihat dari muka saya hampir selalu settingan nelangsa. Ataukah sebaliknya, dia adalah tipe penyelamat dunia yang justru bahagia ketika dirinya bermanfaat bagi sesama? Ah saya sebenarnya pernah meminta maaf padanya suatu kali. Saya katakan: betapa nasibnya menjadi buruk jika bertemu dengan saya. Ketika ada hal yang buruk terjadi pada saya, kok ya bisa-bisanya timing-nya beririsan dengan momentum perjumpaan kami yang seringnya terjadi secara tidak disengaja. Ketika saya menyampaikan maaf kepadanya, si teman saya ini menampik. Alih-alih menyepakati, ia mengatakan bahwa dirinya memiliki pendapat yang berbeda.“Perasaan kau saja,” ujarnya sambil lalu, kemudian tertawa.