_
Era kepemimpinan pemerintahan Jokowi jilid II ini menghadapi gelombang ujian. Sebenarnya, sejak awal mula Jokowi memimpin bahtera Indonesia ini, gelombang itu selalu datang bertubi. Penyebab awalnya adalah karena memang sosok pribadi Jokowi adalah sosok pemimpin Indonesia yang boleh dibilang antimainstream. Ia datang dengan wajah yang berbeda dan dengan citra yang berbeda dari presiden-presiden Indonesia sebelumnya.
Banyak yang sangat ragu dengan kemampuannya pada waktu itu, namun ternyata ia mampu bertahan dan membantah keraguan itu dengan tindakan. Terlepas dari polemik mengenai pencitraannya, perdebatan antara pendukung dan pembencinya di tataran bawah, secara statistik, dukungan dan simpati dari masyarakat cenderung meningkat. Terbukti, pada Pilpres tahun lalu, Jokowi kembali memenangkannya. Artinya ia dipercaya memimpin pada periode kedua ini.
Meningkatnya Partisipasi Politik
Tampilnya sosok presiden antimainstream ini pun mampu membawa konstelasi politik yang selalu hangat sampai pada level grassroot. Setelah berpuluh tahun masa orde baru, bangsa ini terbiasa dengan kebisuannya dalam hal politik, dan bahkan beberapa kepemimpinan era reformasi sebelumnya pun belum mampu membuat geliat partisipasi politik yang signifikan.
Berdasarkan data KPU, angka partisipasi pemilih justru mengalami tren menurun tajam sejak 1999-2009. Tahun 1999, angka partisipasi pemilu kita ada di kisaran 90 persen, kemudian pada tahun 2004 sekitar 84 persen, di pemilu 2009 tinggal sekitar 70 persen partisipasinya.Â