Tentu saja, stigma, stereotype, atau pelabelan kepada seseorang yang bercadar atau bercelana cingkrang berdekatan/erat dengan kelompok radikalis bukanlah tanpa alasan. Ini berdasarkan beberapa kasus aksi radikalis, teroris, yang nyaris selalu oknumnya menggunakan "simbol agama" demikian. Jadi sangat beralasan jika ada ketakutan sebagian kalangan masyarakat kita, bahkan beberapa pejabat pemangku kebijakan, dengan cadar dan celana cingkrang/cungklang.
Tulisan ini tidak akan membahas pada wilayah syariat, keyakinan, dalil atau dogma agama. Karena yang dikatakan syariat itu sendiri masih ada beda pandangan dikalangan ulama. Terlebih, karena memang bukan kapasitas saya berbicara soal dalil-dalil agama.
Sebelum saya berkomentar panjang soal perempuan bercadar dan radikalisme, sebaiknya membaca dulu tulisan saya sebelumnya yang berjudul "MENYINGKAP MAKNA DIBALIK JILBAB". Tulisan ini mengulas soal jilbab beserta stigma yang menyertainya dalam sejarah negeri ini. Dengan membaca tulisan saya sebelumnya itu, diharapkan bisa memahami kerangka berpikir dan sudut pandang saya terhadap simbol agama ini. Yang minat untuk membacanya, bisa cek pada tautan ini.
Generalisasi Radikalisme
Kembali pada masalah cadar dan radikalisme. Saya kurang sependapat jika radikalisme digeneralisasikan (dijadikan anggapan umum) pada simbol orang bercadar, walaupun faktanya hampir semua aksi teroris (jika radikalisme diidentikkan juga dengan terorisme), dilakukan oleh oknum yang juga bercadar dan bercelana cungklang.Â