Ancaman lain yang muncul adalah krisis otoritas dalam dakwah digital. Dunia membuka peluang bagi siapa saja untuk menjadi pendakwah, terlepas dari kompetisi dan pemahaman mereka tentang agama. Pesan dakwah yang disampaikan berpotensi memecah belah umat, dan memperburuk polarisasi sosial.
Untuk menghidari ini dakwah harus dirancang dengan pendekatan kritis dan mendalam. Pendakwah perlu memahami bahwa teknologi hanyalah alat, bukan tujuan. Pesan agama harus tetap berakar pada nilai-nilai spiritual sejati. Di sisi lain, umat perlu dibekali dengan literasi digital agar mampu membedakan antara pesan yang otentik dan manipulatif.
Masa depan dakwah bergantung pada kemampuan kita untuk memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan arah. Dengan ada teknologi, dakwah diharapkan menjadi cahaya di tengah kegelapan digital.