Sebagai pilihan idaman hati
Siapakah hendak memungut tinta,
celupan kelingking tanda merasa
Ah, pula pulanglah kepada perwakilan
Berkumpul sebagai permusyawaratan
Sebagian lagi menganggap
Musyawarah tiada layak tanggap
Karena segala paman tiada mufakat
Kita jadi berdalih; lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya
Pula disambut gempita; di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung
Manakah langit, manakah lubuk?
Hati-hati kita terlampau rusuh merabuk
Tanam-tanaman yang berpeluh
Oleh petani yang dicekik pupuk
Makankah? Makanlah!
Demokrasi saji, piring jamuan makan
Jogja, 20 Agustus 2024 | Wening Yuniasri