Mohon tunggu...
KOMENTAR
Book

Unsur Intrinsik dan Pesan Moral dalam Novel "Hafalan Shalat Delisa" Karya Tere Liye

15 Maret 2024   12:22 Diperbarui: 15 Maret 2024   12:25 93 0

Unsur Intrinsik dan Pesan Moral dalam Novel "Hafalan Shalat Delisa" Karya Tere Liye


Novel "Hafalan Shalat Delisa" merupakan novel best seller yang ditulis oleh Tere Liye. Novel ini telah diangkat ke layar lebar. Menariknya, di dalam cerita novel ini, berkaitan dengan bencana tsunami Aceh pada tahun 2004. Delisa, adalah tokoh utama dalam cerita novel tersebut. Delisa adalah anak yang berusia 6 tahun. Dalam perjalanan cerita, dikisahkan bahwa Delisa mendapatkan tugas dari guru mengajinya untuk menghafal bacaan shalat. Ibu, yang di panggil Umi itu juga akan memberikan sebuah hadiah kepada Delisa, apabila Delisa lulus dalam menghafalkan bacaan shalatnya. Namun, tiba-tiba bencana tsunami meluluhlantahkan segalanya dan menghanyutkan segala yang dilaluinya, termasuk Delisa, yang saat itu sedang membaca bacaan shalatnya.


Penulisan kali ini, saya akan menuliskan unsur intrinsik dan pesan moral yang terdapat dalam novel "Hafalan Shalat Delisa" karya Tere Liye.


1. Tema

Tema pada novel "Hafalan Shalat Delisa" karya Tere Liye adalah pantang menyerah. Ini dapat dilihat melalui tokoh utama yakni Delisa. Dalam novel tersebut diceritakan bahwa setelah terjadinya tsunami, Delisa harus kehilangan satu kakinya, ini disebabkan karena kaki Delisa terkena timpa beberapa benda yang ikut hanyut saat terjadi tsunami. Selain kehilangan kakinya, Delisa juga kehilangan Umi, dan kakak-kakaknya. Sebagai anak kecil yang berusia 6 tahun, hanya ada seorang ayah yang bersamanya, ia harus menjalani hidupnya. Delisa harus semangat untuk melanjutkan hidupnya tanpa Umi dan kakak-kakaknya dan ia harus menjalani hidupnya dengan satu kaki.


2.  Tokoh

Tokoh utama dalam novel "Hafalan Shalat Delisa" karya Tere Liye adalah Delisa. Sementara tokoh tambahan adalah Umi Salamah, Kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra, Abi Usman, Ustadz Rahman, Ibu Guru Nur, Koh Acan, Tiur, Umam, Sersan Ahmed, Prajurit Smith, Suster Shopi, dan Kak Ubai.


3. Alur atau Plot

Alur atau plot dalam sebuah karya fiksi terbagi menajdi tiga, yakni alur maju, mundur, dan campuran. Di dalam novel "Hafalan Shalat Delisa" alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur maju.


4. Latar

Latar terbagi menjadi tiga, yakni latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Ketiganya memilikinya fungsi masing-masing. Pertama, latar tempat dalam novel "Hafalan Shalat Delisa" adalah Desa Meunasah, kecamatan Lhok Nga adalah sebuah kecamatan berada di Kota Aceh dan Kapal Induk. Kemudian latar waktu dalam novel "Hafalan Shalat Delisa" adalah sekitar tahun 2004-2005. Sementara latar sosial dalam novel "Hafalan Shalat Delisa" adalah tradisi yang dihadirkan dalam novel tersebut serta keyakinan dalam beragama juga ditampilakan dalam cerita tersebut.


5. Sudut Pandang

Sudut Padang adalah siapa yang menjadi pembawa cerita di dalam sebuah novel atau karya lainnya. Sudut pandang terbagi menjadi tiga, yaitu sudut pandang orang pertama, sudut pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga. Didalam novel "Hafalan Shalat Delisa" menggunakan sudut pandang orang ketiga.


Itu dia unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel "Hafalan Shalat Delisa" karya Tere Liye. Selain unsur intrinsik, terdapat beberapa pesan moral di dalam novel "Hafalan Shalat Delisa" karya Tere Liye. Nilai-nilai ke-Islam-an di dalam novel "Hafalan Shalat Delisa" karya Tere Liye sangat kental. Penulis seakan ingin menyampaikan bahwa pesan moral ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa pesan moral yang dapat dilihat yakni menghormati orang tua, berani untuk menentang yang salah, rajin, bekerja keras, mampu mengontrol emosi, selalu beryukur atas semua keadaan, dan masih banyak lagi yang dapat diteladani dari novel "Hafalan Shalat Delisa" karya Tere Liye.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun