Persoalan penerapan langkah-langkah Environment, Social, and Governance (ESG) sejatinya bertujuan untuk  meindungi Bisnis dari Risiko Tak Terduga di Masa Depan. Bagi Indonesia, keharusan tersebut terasa kian urgen manakala situasi dunia yang sedang dalam kondisi badai level lima atau sempurna  (Perfect Storm), potensial untuk membuat upaya pemulihan ekonomi dari hantaman krisis multi dimensi yang  bermula sejak pandemi Covid-19 dua tahun lalu, sudah terlihat di depan mata. Situasi yang sudah rumit itu kian berat akibat berlanjutnya konflik Rusia- Ukraina yang secara langsung kian memperparah upaya perbaikan dari empat masalah lain yang mengikuti yaitu Climate Change, Commodity Prices, dan Cost of Living.
Menurut Menko Perekonimian Airlangga Hartarto, upaya menekan dampak lingkungan akibat emisi rumah kaca dan masalah lingkungan lain telah dilakukan banyak perusahaan dunia melalui komitmen net-zero atau carbon-neutral serta berinvestasi dalam menjaga kondisi iklim. Untuk itu, saat berbicara secara virtual dalam Executive Seminar on Business: "Optimizing ESG and Corporate Performance towards Business Sustainability", yang diadakan Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) dan Forum Ekselen Bisnis Indonesia (Febindo), beberapa waktu lalu,  Ketua Umum Partai Golkar ini menyebut banyak investor dan pengambil kebijakan yang menyadari pentingnya investasi terhadap bisnis yang mengadopsi langkah-langkah Environment, Social, and Governance (ESG). Tujuan utamanya adalah  untuk melindungi bisnis dari risiko yang tak terduga di masa depan.
Menurutnya, implementasi ESG oleh sejumlah perusahaan terbukti punya korelasi positif pada kinerja keuangan. Penerapan ESG oleh mereka secara langsung membantuk untuk lebih mudah masuk ke pasar baru serta memperluas operasi karena banyak negara yang memberi kemudahan jika operasionalnya sudah menerapkan prinsip tersebut, sehngga cepat menerbitkan izin bagi perusahaan semacam itu," terang Menko Airlangga.
Tak cuma kemudahan, perusahaan dengan tata kelola yang baik, akan lebih mudah mengatasi tekanan dari regulator, aktifis lingkungan, serikat pekerja, termasuk konsumen yang  lebih tertarik kepada merek dan produk yang menjunjung nilai baik dan ramah lingkungan.