Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Arah Ekonomi Kota Padang ke Depannya Nanti

24 Desember 2015   09:06 Diperbarui: 25 Desember 2015   08:15 140 0
Nun jauh disana, di seberang bentangan sawah-sawah depan salah sebuah rumah dari keluarga saya, di bawah horison kaki bukit yang entah siapa dia diberi nama, serta lanskap pegunungan bukit barisan yang berbaris rapi berjejer di balik tirai jendela, kini sedang dibangun sesuatu. Sesuatu yang sempat ketika temboknya belum selesai dibangun saya intip berisi lubang-lubang luas menyerupai kolam-kolam. Cukup luas juga; mungkin ada dua hektar dalam perkiraan saya. Entah ini kolam ikan, tempat renang, atau bukan tak mungkin kamar mandi privat orang kaya yang tak tahu lagi kenikmatan seperti apa harus dibuat untuk menyenangkan dirinya yang sudah punya daya imun tinggi terhadap model-model kesenangan yang biasa-biasa saja? Yang jelas itu adalah kolam-kolam luas di tengah terhampar sawah ijo royo-royo di sekelilingnya. Saya juga lagi-lagi tak tahu persis dan terlalu banyak dugaan tentang bagaimanakah tatanan sirkulasi air hamparan sawah daerah ini yang sudah ajeg bertahun-tahun bahkan mungkin sudah berabad ini menghadapi tata ruang yang berubah kini dengan sebuah kolam yang cukup signifikan lahannya. Yang aq khawatirkan cumalah egoismeku dengan pikiran resah tentang nasib kolam-kolam kecilku dan juga sawah-sawahku jangan sampai kesedot pihak sono semua airnya.

Diserang penasaran tingkat tinggi begini akhirnya kucobalah untuk lakukan verifikasi atas temuan awal ini kepada narasumber-narasumber yang tanganku sanggup untuk jangkau. Di kedai servis hape salah satu teman SD singgahlah aq purak-purak kebetulan nangkring sebentar sambil menghabisi sebatang rokok jisamsu gratis yang ia sodorkan. Setelah ngobrol ngalor ngidul muter-muter sebentar untuk mengaburkan jejak dan motif kedatangan akhirnya pada momen yang tepat aq pun dengan liciknya membelokkan conversation kami ke perkara bangunan kolam-kolam di tangah sawah-sawah tadi. Ajaibnya ternyata temanku ini juga ndak tahu persisbahwa tempat ini dibangunkan kolam-kolam. Memang dia bukan asli orang sini--ibu bapak asal daerah padang panjang kota serambi makkah-tetapi bisa dibilang di antara kawan-kawan segenerasiku di masa kecil di tempat ini, kedainya inilah yang jadi port-hub antar faksi berbagai geng dan massa karena semuanya kesini supaya bisa ngisi pulsa secara utangan. Jadi dia diharapkan jadi toke atau bandar bagi berbagai gossip atau cerita. Terlebih sebagai orang luar ia tentu netral tidak terikat untuk merahasiakan salah satu aib pihak-pihak yang berperkara antar kami.

Tapi akhirnya dari teman ini aq dapatkan lagi salah satu cerita pilu tentang sangketa tanah pusako/pusaka/adat. Tanah sawah yang disulap jadi bangunan kolam ini ternyata semula milik keluarga salah satu teman saya yang lain. Suatu waktu suatu massa kemenakan/keponakan dari ibunya mencari modal buat ke Hongkong dengan menggadaikan tanah mereka ke toko emas. Nah karena tak dibayar utangnya, toko emas kemudian menggadaikan tanah ini ke sebuah bank. Nah karena mungkin sengaja ndak dibayar maka kemudian pihak bank berhak merampasnya lalu asset pun tentu dilelang ke pihak selanjutnya; karena bank tentu dilarang berbisnis langsung menjalankan usaha lainnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun