Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Lagi-Lagi Cinta

6 Februari 2010   17:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:03 91 0
Orang bilang mencintai seseorang berarti membebaskan obyek cinta menjadi dirinya sendiri.

Tapi benarkah kita mampu berbesar hati sedemikian rupa dan menerima baik buruk obyek cinta kita ?

Ada pepatah yang mengatakan "Cinta menuntut tapi Kasih membiarkan" (Love demanding but compassion accepting).

Pengalaman mengajarkan bahwa dalam hal "Cinta" pun kita harus belajar.

Awal berhubungan dengan "Cinta" kita pasti memiliki harapan atau tuntutan tertentu terhadap obyek cinta kita ( setidaknya kita pasti berharap agar obyek cinta kita balas mencintai kita, bukankah demikian?).  Kadang pengharapan kita itu terwujud sehingga kita makin mencintai obyek cinta kita, tapi kadang sebaliknya dan kita mulai menanyakan kedalaman cinta kita. Apabila kita berhasil melewati proses ini maka cinta kita menjadi matang. Kita tidak lagi mencintai obyek cinta karena kemampuannya memenuhi harapan-harapan kita tapi karena kita mencintai obyek cinta sebagaimana adanya dirinya.

Disinilah pintu surga terbuka lebar, mencintai menjadi sesuatu penyerahan diri yang tulus, tanpa syarat. Indah.

Apakah dengan demikian pelajaran cinta kita telah usai? Ada satu tingkatan lagi yang harus kita pelajari dalam hal "Cinta" yaitu cinta yang tidak melekat.

Indikasi Cinta yang tidak melekat adalah bila kita mampu membebaskan obyek cinta untuk pergi meninggalkan kita untuk suatu hal, alasan, atau obyek cinta yang lain. Agar lebih jelasnya saya hendak mengutip suatu ilustrasi yang ditulis oleh biarawan Buddhist bernama Ajahn Brahm.

"Ada sepasang kekasih (sebut saja Dina dan Dani). Dani dan Dina telah menjalani hubungan selama beberapa tahun. Dani begitu mencintai Dina. Suatu hari Dina menemui Dani dan memberitahukan bahwa ia telah bertemu dengan seseorang yang bisa membahagiakan dirinya jauh melampaui kebahagiaan yang mampu diberikan Dani. Dina memutuskan untuk meninggalkan Dani dan pergi bersama orang baru tersebut. "

Dari ilustrasi di atas apabila "Dani" (Kita) mampu membebaskan obyek cinta untuk pergi meninggalkan kita maka kita telah mampu mengejawantahkan Cinta yang tidak melekat. Membebaskan obyek cinta untuk pergi bukan berarti kita tidak sungguh-sungguh mencintainya. Justru karena sangat mencintainya kita menekan ego kita demi kebahagiaan diri obyek cinta. Mampukah kita ?

Sebagai penutup mari kita merenungkan satu kutipan indah ini :

"Seseorang belum merasakan cinta yang sesungguhnya apabila ia belum merasakan sakitnya ditinggalkan Cinta"....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun