hidup umat manusia sejatinya
adalah anugerah akbar dari Tuhan
bukan hanya karena protein dan gizi bermutu
multivitamin
atau asuhan
orang tua yang
berlimpah kasih sayang
pemikiran standar umat beriman tentang intervensi Tuhan terhadap
manusia
nyaris hampir merata
seperti itu
pikiran-pikiran seperti itu
mengemuka
dalam pelayanan sebagai pendeta jemaat di gkp cimahi
tahun 1974-1978
warga jemaat membawa bayi
bayi mereka ke gereja untuk dibaptis
sebagai tanda syukur kepada Tuhan
dan agar Tuhan ikut mengitervensi
kehidupan sang bayi
merajut kehidupan yang standar
bagi banyak orang
cukup sulit
dizaman pandemi sekarang ini
kondisi ekonomi keluarga yang nyaris bangkrut
karena kepala keluarga alami phk
anak-anak mengamen di lampu merah
untuk menyambung hidup
sambil main tak umpet dengan satpol pp
di berbagai daerah terjadi
stunting
karena asupan gizi dibawah batas normal
bencana alam
menerjang
hujan yang acap mengusung banjir dan penyakit
harga kebutuhan sembako
merangkak naik
uang pensiun macet dikunyahrenyah
oknum perusahaan asuransi selama dua tahun
semua aspek kehidupan
mengalirkan beban berat
dan kesulitan melilit
vertigo dan demam acap datang
mendera kehidupan yang
oleng terhuyung
umat beriman dan bertakwa
takmungkin menyerah pasrah
lalu mengambil jalan pintas
dengan cara amoral dan melawan hukum
merampok, korupsi, menjadi
mucikari
mengintroduksi
prostitusi on line
bikin perusahaan abal-abal
berkedok agama
umat berTuhan
tahan menderita
dan berjuang keras mewujudkan kebenaran
mereka bersujud kepada yang ilahi
berdoa
berzikir
membaca kitab suci
memohon petunjuk dan hidayah
agar tetap hidup di jalan lurus
dalam genggaman tangan Tuhan berlumur kasih
mereka umat beragama sadar betul
hidup ini anugerah dan privilege dari Tuhan
mereka wajib mempertahankannya hinggga
tarikan napas
penghabisan.
Jakarta, 12 Januari 2022/pk.15.08
Weinata Sairin.