hampir dua tahun kujalani kehidupan
dengan galau
dan gamang
aku masih kelas lima sekolah dasar
dua abangku masih di smp
ayahku berhenti bekerja sama sekali setahun sesudah pandemi
ia terpapar covid 19
dan hampir saja tamat hidupnya di ruang igd
saat itu ventilator takada
dan oksigen juga
lenyap taktentu
rimbanya
pendeta bersama
beberapa penatua berdoa amat khusuk
di ruang igd
memohon ayahku
ditambahkan umurnya
dan Tuhan mengabulkan doa itu
Tuhan mengasihi
kami walau kami
amat jarang beribadah di gereja
kasih Tuhan luar biasa
kasih Tuhan mengatasi segalanya
kondisi ekonomi dirumahku makin carut marut
sesudah ayah taklagi bekerja
ibu berjualan cireng dan cilok
di depan TK takjauh dari rumahku
beberapa kawanku
terjun ke 'bisnis baru'
mengamen dengan tubuh dilumuri cat warna silver agar pasar
tergugah untuk membeli produk kami
sehari kami
pernah mendapat
600 ribu rupiah
fantastis juga
belum lama ini kami terkena razzia
karena mengajak anak balita dalam
aktivitas kami
kami pasrah
kami lelah
kami lapar
kami perlu makan
kami perlu pendidikan
kini kami terkapar
meratapi silver-silver
entah sampai kapan
entah sampai kapan.
Jakarta 30 September 2021/pk.10.32
Weinata Sairin