keagungan makhluk manusia terletak pada kepiawaiannya
menggunakan bahasa
manusia dikaruniakan Tuhan kemampuan berbahasa
kemampuan berkomunikasi
kita masih ingat bagaimana orangtua kita sigap dan telaten
menuntun kita berbahasa
dengan sopan,baik, benar tepat
mereka bahagia sekali jika kita saat-saat mulai bisa berkata mampu menyapa
orang tua kita dengan ungkapan kata-kata : ibu, bapak atau mama, Â papa
mereka bangga merasa
berhasil menjadi
orang tua
lalu aspek bahasa kita berkembang pesat dengan mendengar radio di zaman tahun 50-60 an
dan juga pengaruh bahasa pergaulan
melalui kawan-kawan sepermainan
perkembangan bahasa menjadi amat cepat secepat
makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tingkat peradaban manusia
bahasa juga kemudian menjadi amat luas bahkan
liar ketika bahasa menjadi instrumen
untuk menggugat keberadaan Tuhan
menghadirkan konflik dan perang
melahirkan berbagai paham yang justru bermuara pada
pemusnahan umat manusia
bahasa menunjukkan bangsa
kata peribahasa kita yang populer
tahun 60 an
diksi yang digunakan
kesantunan dalam  berinteraksi bisa dilihat dari bahasa yang diucapkan
di zaman modern
bahasa makin berwajah ganda
menampilkan sisi positif sekaligus
bisa menghadirkan sisi negatif
dalam bahasa kita bisa memuji nama Tuhan
pada saat yang sama dengan bahasa itu juga kita komplain.kepada Tuhan karena Ia tidak mengabulkan doa- doa kita
di zaman medsos sekarang bahasa acap digunakan untuk menghakimi, memprovokasi yang ujungnya tidak menimbulkan suasana damai sejahtera
kini di medsos heboh istilah "krumunisasi pemulung"
dan istilah itu viral hingga menembus  dinding-dinding dunia politik dan hukum
bahasa menunjukkan bangsa
kita mesti menjunjung tinggi bahasa sebagai alat komunikasi
yang merawat dan mengutuhsatukan bangsa Indonesia
kita tebarkan diksi elegan bukan
kebencian dan dendam tiada berujung
kita bangun NKRI
yang solid,rukun, damai, berkeadaban
melalui bahasa Indonesia kebanggaan bangsa yang bernilai luhur
karunia Allah!
Jakarta, 28 September 2021/
Pk 16.31
Weinata Sairin