ku di landa mimpi buruk di suatu pagi
ada yang mengikat kedua tanganku
ku menjerit kesakitan
lalu kubangun dengan peluh berkucur
dan jantung berdetak cepat
ternyata tanganku
terjepit besi-besi
tempat tidurku
ranjang tua yang acap menginterupsi
mimpi-mimpi masa silam
yang tenggelam
dalam memori kelam
terjepit itu sakit bahkan bisa mematikan
seekor cecak terjepit di pintu  lemari bukuku
tiada ampun
tiga hari baunya
menyengat
buku puisi, buku tafsiran yang tersusun rapi
terkena aroma busuknya
waktu kecil
anakku pernah terjepit pintu mobil
dan ia menjerit kuat
anggota jemaat segera merawatnya dengan piawai
terjepit itu sakit dan bisa merugikan
adikku sudah lama ingin menjual pasanggrahan
namun karena rumah itu terjepit
oleh beberapa rumah baru maka takada akses jalan
dan rumah jatuh harga
terjepit itu amat sakit
oleh apapun dan dimanapun
terjepit diantara dua kepentingan politik
terjepit diantara orang jujur dan bernafsu korupsi
terjepit dalam membangun rumahtangga bahagia
terjepit karena pandangan teologis dan ideologis berbeda
semuanya sulit dan sakit
orang dekatku sudah lama terkena saraf kejepit
pada lumbal tiga, empat dan lima
suatu pagi penyakitnya itu
datang
ia takbisa berjalan
ia menangis dan meratap
cukup lama
hingga ia menenggak tablet anti nyeri
terjepit, menjepit atau dijepit dalam konteks dan konotasi tertentu
memang harus dihindarkan
kita harus membangun sebuah paradigma  berfikir yang luas, terbuka, eklektik,inklusif
yang membuat kita tidak terjepit dalam merayakan kehidupan
mari terus melangkah menjalani kefanaan dan kesementaraan
dengan menenun karya terbaik
bagi Tuhan
bagi sesama bagi NKRI
jangan kita terjepit
dan terbelenggu
pada habitus lama
yang penuh aib dan noda.
Jakarta,26 Juli 2021/pk.3.51
Weinata Sairin