virus yang menggerus kehidupan umat manusia
telah merobekrobek
peradaban dunia
virus yang konon
bermula di kota wuhan
merambah menyayat habis
hampir seluruh jagat raya
melumpuhkan
dan mematikan
segala sesuatu
tiada tersisa
virus itu makin ganas
lebih sejuta warga bangsa dimangsanya
ribuan tergeletak kehilangan nyawa
airmata duka telah mengering
terkuras setiap saat
tenaga medis yang berada di garda terdepan
untuk menolong mereka yang terpapar
terkapar dan rstusan kehilangan nyawa
virus itu seperti pembunuh berdarah dingin dalam film-film laga
nyaris duabelas bulan para lansia
takbisa beribadah di gedung gereja
mereka yang berusia lanjut
dianggap rentan untuk keluar rumah di zaman virus berkuasa
mereka yang sepuh, punya komorbid,
paru-parunya flek hitam terkena asap knalpot dan asap rokok
mesti tinggal dirumah
memamah haritua
dirumah tua
atau di apartemen
jika anaknya menjadi bos bumn
ini hari minggu
hari ibadah berjamaah
umat kristiani
sebelum virus
merajalela di negeri ini
para lansia bertemu sahabat mereka di gedung gereja
mereka melepas rindu dengan bercerita masa lalu
mereka minum
kopi hangat, cipika cipiki
mereka ikut dalam paduan suara
kini mereka kehilangan semuanya
mereka beribadah virtual dari rumah
mereka rindu
nuansa ibadah surgawi vertikal-,transendental
di gedung gereja
seprrti dulu
dalam ibadah virtual spiritualitas mereka seakan tergantung pada piranti-piranti teknologi sekuler :
gadget, kuota internet, sinyal, provider dan cucu yang lebih mahir mengoperasikan alat teknologi
Tuhan
anugerahkan hikmat ilahi bagi para ahli kami
agar pandemi segera dihabisi
agar kehidupan ceria bisa kami nikmati kembali
agar para lansia
kembali beribadah di gedung gereja
sebelum mereka memasuki ibadah agung secara on site di rumahMu
dirumahMu
penuh sukacita dan syahdu.
Jakarta,7 Februari 2021/ 4.50
Weinata Sairin