negeriku kini menangis
airmata keringkerontang
takmampu lagi
menetes
takbisa lagi
menitik membasahi
lembarlembar kehidupan
sudah setahun negeri ini didera corona
lebih sejuta wargabangsa
kehilangan nyawa
puluhan ribu merintihlirih
di ruangruang isolasi
ekonomi terkaparnanar
para pekerja haus dan lapar
kemiskinan mencekik sebagian
lapisan masyarakat
mereka dalam ketamakan dan libido tinggi
asyik korupsi
melahap uang bansos tanpa
berfikir dosa
dan harga diri
rakyat banyak di serang ispa
dan sakit tenggorok
menenggak kehidupan penuh duri dan onak
menghirup udara
berbau busuk
ditengah bau busuk yang mengaliri ruang waktu
para teroris
tetap saja
beraksi mencoba membunuh umat beriman
dengan bom bunuh diri
Tuhan
taktinggal diam
umat beriman
berada dalam
dekap kasihNya
kini warga bangsa
kembali menangis menjerit miris
badai siklon tropis
melumat habis
kawasan NTT dan sekitarnya
banjir bandang,longsor,angin puting beliung, takhanya mengangkat atap rumah dan merobohkan pohonpohon
tapi juga menghabisi lebih 60 an nyawa warga bangsa
kehidupan desa yang guyub, aman, nyaman
tiba-tiba menyemburkan memori traumatik
yang menorehkan luka pedihperih
menyakitkan ruangruang kehidupan
di desa Tamakh, kecamatan Pantar Tengah, Kabupaten Alor, NTT, menyaksikan suasana kematian yang mencekam
seorang anak bangsa melafaz doa :
"Tuhanku, kasihani dan kasihi kami dengan KasihMu yang tiada terbatas, tuntun dan papah kami  dengan Roh Penolong agar kami mampu melewati masa kekelaman ini. Kami yakin dalam kairosMu, kami akan dipulihkan, negeri kami berhenti menangis
dosa dan pelanggaran kami
janganlah Kau ingatingat
tetapi ampunilah dosa kami
dan baruilah kedirian kami!"
Jakarta,6 April 2021/3.38
Weinata Sairin