Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga Pilihan

Kilas Balik Pembentukan Timnas oleh PSSI

10 September 2014   20:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:05 495 1
Selalu muncul pertanyaa kepermukaan, kenapa sepakbola Indonesia dengan populasi penduduk yang mencekatai 200 juta jiwa tidak mampu membentuk sebuah Timnas yang tangguh. Jadi inget jaman alm. Presiden Soeharto dulu, sempat muncul ungkapan kenapa susah sekali Indonesia mendapatkan 11 pemain hebat untuk membuat Timnas Indonesia berprestasi di ASEAN, Asia hingga tampil di Piala Dunia.

PSSI selaku federasi sepakbola di Republik jelas menjadi pihak pertama yang berkepentingan terhadap prestasi sepakbola nasional melalui Timnas yang dibentuknya, setelah baru dukungan dari para stake holder sepakbola nasional plus tentunya Pemerintah Indonesia dalam hal ini berkaitan dengan policy tekait regulasi yang membantu perkembangan prestasi sepakbola kita.

Lupakan sejenak hal diatas, ada baiknya kita sekedar flash back mengenai berbagai cara PSSI dalam membentuk Timnas Indonesia untuk mendapatkan prestasi mulai dari cara mencari pemain terbaik ke seluruh pelosok negeri, lalu ditraining dinegeri orang hingga cara instant (macam bikin mie saja) yakni me-naturalisasi pemain luar negeri yang berkompetisi di negeri ini.

Sekaligus juga untuk mengkritisi serba dadakannya PSSI-BTN dalam mengelola Timnas U-19hingga Timnas U-23, utama sekali adalah ketika BTN dengan sigap dan cekatan membentuk apa yang disebut ‘mendadak Timnas U-21’ ataupun Timnas U-19B untuk mengikuti turnamen yang sebenarnya sudah diperuntukkan untuk Timnas U-19yakni COTIF,  kecuali tentunya Piala AFF U-19 karena memang sepertinya dari awal PSSI-BTN gamang untuk mengirim Timnas asuhan coach Indra Sjafrie main di Vietnam.

Dalam catatan penulis, PSSI sejak era 1970-an sudah mulai melakukan terobosan dalam hal pembentukan Timnas sebagai ikhtiar mereka meraih prestasi dimana  sebelumnya mengandalkan kompetisi domestik waktu itu perserikatan untuk mendapatkan para pemain berkualitas diseluruh negeri untuk dipilih dan bergabung dalam skuad Timnas Indonesia. lalu PSSI mengadakan berbagai program baru yakni membentuk Timnas yang kemudian dikirim ke luar negeri dan dilatih disana sebelum mengikuti turnamen yang ada waktu itu, check this out !

Binatama yang merupakan proyek pertama PSSI mengirim timnas untuk berlatih ke luar negeri, tepatnya ke Brazil selama 7 bulan pada tahun 1979. Proyek luar negeri pertama PSSI ini menghasilkan nama-nama seperti Rully Nere, Bambang Nurdiansyah, Bertie Tutuarima, Nasir Salasa, Subangkit, Mundari Karya dan GH Sutejo.

Garuda I yang dibentuk tahun 1981 dan dilatih di Brazil selama 6 bulan ternyata mampu menghasilkan pemain Timnas yang memiliki kualitas seperti Marzuki Nyak mad, Patar Tambunan, Azhary Rangkuti, Aji Ridwan Mas, Abdul Khamid hingga Hermansyah.

Garuda II yang dibentuk enam tahun kemudia (1987) yang digembleng di Eropa Timur tepatnya Cekoslowakia pun mampu menghasilkan nama-nama seperti Rochy Putiray, Nil Maizar, Agung Setyabudi, hingga Zulkarnain Jamil.

Primavera yang dibentuk tahun 1993 dengan tujuan membentuk dan melatih pemain muda agar kelak menjadi pilar Timnas Senior dan digembleng di Italia selama tiga tahun serta diikut sertakan dalam kompetisi yunior di Italia. Beberapa nama yang muncul seperti Kurniawan Dwi Yulianto,Bima Sakti, Kurnia Sandy, Yeyen Tumene, Aples Gideon Tecuari, Alexander Pulalo hingga Indriyanto Nugroho.

Baretti yang merupakan proyek lanjutan Primavera tahun 1994 yang dilatih selama 1 tahun ditempat yang sama yakni Italia. Juga memunculkan nama-nama seperti Uston Nawawi, Elly Aiboy, Charis Yulianto, Nova Arianto, Aris Indarto, Tugiyo hingga Haryanto Prasetyo.

Lalu Timnas U-23 yang waktu itu dilatih Pope De Haan juga digembleng diluar negeri. Negeri kincir angin Belanda menjadi tujuan sebelum mentas di Asian Games Qatar tahun 2006. Nama-nama yang mengisi Timnas U-23 waktu ituFerry Rotinsulu, Bobby Satria, Atep, TonY Sucipto, Wahyu Widjiasntanto dan Habel Satya.

Terakhir adalah pembentukan SAD Uruguay atau Sociedad Anonima Deportiva (SAD) Indonesia pada tahun 2008 untuk berkompetisi di Uruguay (kompetisi yunior). Nama-nama pemain jebolan SAD tahun 2008 kini sebagian mengisi Timnas U-23 seperti Rizky Pellu, Alfin Tuasalamony, Yandi Sofyan. Serta ada juga Syamsir Alam, Alan Martha hingga Yerico Christiantoko.

“Proyek (pengiriman tim ke luar negeri) tak melulu negatif. Ada juga sisi positifnya. Lihat saja, tim –tim itu selalu mampu mencetak pemain-pemain bagus,” ungkap mantan pelatih tim primavera, Danurwindo.

Dan tahun 2010 kebijakan tak lazim dilakukan PSSI yakni menaturalisasi pemain asing yang bermain di kompetisi Indonesia yang dimata mantan Ketum PSSI waktu itu Nurdin Halid sebagai program jangka pendek untuk mendukung target timnas waktu itu. Beberapa nama pemain naturalisasi yang menghisasi Timnas Indonesia termasuk sekarang seperti Cristian Gonzales, Igbonefo, Greg Nwokolo, Raphael Maitimo hingga Sergio Van Dijk.

Kini publik sepakbola nasional berharap Timnas U-19 yang terdiri dari pemain hasil blusukan coach Indra Sjafrie plus dari SAD Uruguay diharapkan akan menjadi Timnas masa depan Indonesia dengan target awal adalah lolos ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru tahun depan.

Melihat berbagai terobosan yang dilakukan oleh Pengurus PSSI empat dekade terakhir semuanya memiliki mimpi yang sama yakni juara disemua even yang diikuti tetapi ternyata memang belum mampu menunjukkan bahwa Timnas Indonesia memang disegani utamanya di ASEAN dengan gelar diraihnya. Termasuk gelar Piala AFF yang sudah menjadi incaran lama PSSI untuk diraihnya, lalu apa solusinya agar Timnas Indonesia disegani dan mampu menjadi raja ASEAN, Asia dengan torehan gelarnya.

Solusinya jelas PSSI yang paling berkompeten, tetapi dari catatan sejarah diatas dapat ditarik benang lurus bahwa pelatih kepala yang ditunjuk PSSI tentunya sudah memiliki konsep dan cara bermain. Mencari pemain hingga ke pelosok negeri kalau istilah coach Indra Sjafrie itu blusukan sangat penting dan tepat disaat Asprov belum maksimal dalam hal menyediakan bank data pemain potensial didaerah mereka.

Dan juga ‘peer’ bagi  PSSI-BTN yang katanya sudah ‘on the track’ mampu konsisten dalam mengawal dan menjaga semua program yang berkaitan dengan Timnas semua level, karena bagaimanapun semua Timnas punya target dan BTN sudah mempercayai semua Timnas kepada pelatih kepala. Serta menjadikan kompetisi elit di Republik ini mampu menjadi pondasi awal munculnya pemain berkualitas dan siap pakai untuk Timnas.

Ujung dari itu semua adalah pentingnya PSSI punya road map (mungkin PSSI sudah punya bro) yang berisi target tiap level Timnas (U-16, U-19, U-23 hingga Timnas Senior) dan muaranya adalah Timnas Senior tampil di Piala Dunia dalam dua dekade kedepan.

Salam sepakbola nasional,
Wefi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun