Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Orang Jepang Pelit?

4 Juni 2014   16:56 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:24 3331 26
Orang Jepang mah Pelit!

Kayanya itu deh image saya dan alasan saya tidak mau bekerja di perusahaan Jepang. Pelit, maksudnya gajinya kecil dan tunjangan mungkin yang diterima pun sedikit hihi

Ndelalahnya, saya `terjerumus` bekerja di Perusahaan Jepang paling lama dari tempat kerja yang lainnya dan kok ya  merasa kalau cocok dan sangat betah, malahan dapet bonus sepaket sama jodohnya juga... alhamdulillah hehehe

Ya, melihat dari dekat tingkah laku para pegawai Jepang yang kesehariannya di tempat kerja sangat disiplin dan perhitungan! Pelit sama perhitungan beda tipis kali ya. Tapi maknanya memang beda. Mungkin dulu saya hanya sekilas melihat tindak tanduk orang Jepang hanya di kantor saja. Seperti misalnya saat saya makan siang dengan mereka, sebelumnya saya suka confirm dulu nih dibayarin apa nggak hahaha `cewek matre` soalnya jebol juga dompet kalo ikutin gaya mereka, sedangkan kalo saya sok cool, siap-siap deh nyengir kuda karena kalau habis makan, mereka akan sibuk tuh ngitungin kuitansi dibagi berapa orang yang makan, dan jangan harap mereka akan `kasihan` dan meloloskan bagian kita untuk mereka yang bayar, in your dreams! hihi

Jadi ya sekilas mereka memang tampak pelit, tapi sebenernya mereka penuh perhitungan, ya perhitungan cermat psstt rahasia ya, bapak-bapak Jepang banyak juga yang menganut sistem okozukai (uang saku) dalam rumah tangganya loh, jadi kalau jor-joran make untuk traktir orang, mereka takut gigit jari uang sakunya habis di tengah jalaan hahaha....

Dan pindahlah diriku ke negeri Shinchan ini. Tambah gedubrak...! Melihat bagaimana kehidupan sehari-hari mereka yang super HEMAT! Ya, orang Jepang pelit, perhitungan dan hemat!

Berbaur dalam kehidupan bermasyarakat di Jepang, secara tidak sadar mengubah semua prilaku dan kebiasaan saya  dalam urusan belanja dan penggunaan uang juga. Ya, saya merasa menjadi lebih perhitungan dalam melakukaan sesuatu. Misalnya saja, belanja untuk kebutuhan di dapur. Di supermarket Jepang, banyak barang-barang yang made in Japan dan barang-barang yang hasil impor, tapi  anehnya justru barang lokal harganya muahal banget compare dengan barang impor.  Saya bisa lihat memang, dari rasa dan kesegaran serta keamanan, produk Jepang memang TOP-nya!

Ya,  Apalagi kalau bicara tentang Japan Beef (Wagyuu) yang sepertinya di Indonesiapun sudah terkenal banget ya!  Tapi sayangnya sampai saat ini, saya masih jarang menikmati wagyuu (Japan beef) untuk kebutuhan rumah tangga saya, malah saya lebih sering beli yang impor dari amerika atau australia. Kenapa? harganya jauhh lebih murah, sebagai contoh 100gram wagyuu dibandrol harga 250-600yen (kurleb kurs 1 yen 100 rupiah). sedangkan untuk daging impor 100 gram itu hanya 100yen-150 yen! Bandingkan, jauh bukan? Makanya saya dan teman-teman Jepang di sini kalau beli wagyuu tuh hanya acara special hihi dan untuk orang-orang Indonesia yang suka makan Wagyuu di restoran Jepang, itu hebat banget loh! karena kita yang tinggal disini aja harus momen khusus dulu tuh makan makanan spesial begitu :D

Selain urusan belanja sehari-hari, untuk urusan transportasi dan rekreasi, masyarakat jepang bisa dibilang details dan sudah memperhitungankan dengan cermat segalanya.

Pengalaman yang berkaitan dengan orang Jepang yang memperhitungkan dengan cermat segalanya adalah, ketika anak-anak saya masuk sekolah. Yang membuat saya akhirnya mempunyai hubungan dengan komunitas ibu-ibu TK dan SD, dan terkadang ada tuh yang namanya kumpul makan siang yang disebut Ranchikai. Nah biasanya dua minggu sebelumnya, sudah ada e-mail dari leadernya, kalau ada acara makan siang bersama, siapa yang mau ikut dikasih waktu sampai tanggal berapa untuk konfirmasi ikut apa nggak, lalu menu yang ada di restoran nanti, lengkap sama harganya, dan diharapkan siapkan uang pas, dan kalaupun kita harus menerima uang kembalian, itu sampai satu yen pun dikembalikan loh, walaupun tuh restoran harus siap-siap kalang kabut karena harus menyiapkan recehan yang banyak, tapi terlihat tenang aja tuh si pelayan karena kalau lihat di laci rejisternya, koinan numpuk siap untuk dipakai, anehnya gak ada permen buat pengganti kalau kembaliannya kurang wkwkwkwkw.

Ya, bukan hanya di restoran saja sih, kita naik taksi, pergi ke salon, atau patungan belanja atau uang parkir sama ibu-ibu tetangga pun itu semua kalau memang ada kembalian sampai nominal kecil pun akan dikembalikan pas sesuai dengan keterangan yang tertera. Hebat ya! Gak ada budaya dibuletin uangnya atau jadiin impas, lupa, ngutang, etc hihi

Dan selain itu tenangnya belanja di Jepang adalah kita tidak perlu repot atau bingung kasih tip segala macam, karena even restoran pun budaya kasih tip tidak ada di sini, kecuali kalau memang kita ingin memberinya, karena pelayanannya sangat memuaskan. Kalau soal itu terserah kita.

Membuat perincian dan perencanaan secara details apabila ingin bepergian, dari pengalaman saya kalau janjian dengan teman-teman yang menggunakan transportasi umum pun saya diharuskan untuk tepat waktu! kalau bicara ON TIME, orang sini juga JAGONYA! Karena, kalau kita janjian di suatu tempat, itu rempongnya sudah beberapa hari. Misalnya, kalau kita harus menggunakan bis dan kereta, saya pernah janjian sama teman untuk lunch bareng di daerah Tokyo, itu saya harus cek skejul bis untuk pergi ke stasiun kereta, nah skejul kereta juga jangan ketinggalan loh harus cermat di lihat. Misalnya kita janjian ketemua di Ginza jam 11 siang, kebetulan ada aplikasi HP khusus untuk jadwal kereta dan bis, jadi saya tinggal masukin kalau sampai ginza jam 11 saya harus naik kereta jam berapa, tinggal klik keluar deh beberapa saran kalau kita harus naik kereta apa dan harga tiketnya! komplit! Walau sih jeda kedatangan kereta selanjatnya hanya 10 menitan saja tapi jangan salah loh, orang Jepang benci banget sama orang jam karet, walau itu hanya3- 5 menit! hu hu hu

Dulu saya suka heraan, kenapa sih di sini kalau janjian harus teng ON TIME, kecepetan gak begitu baik  apalagi telattt bisa dimusuhin saya, ternyata memang sudah budaya! Budaya yang ditunjang dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Coba lihat deh skejul bis, kereta dan pesawat, on time banget! Terkadang saya suka iseng perhatiin cara berhenti bis di deket rumah saya, lucu deh kok bisa tepat garis dalam kotak tuh bis berhenti dan saya suka semaput kagum sama ketepatan waktunyanya! Wow banged! Pengecualian, kalau lagi turun salju, taifun atau hujan besar ya, itu lain cerita.

Kalau sudah begini saya bisa mengerti kalau orang Jepang misuh-misuh melihat orang Indonesia yang suka jam karet, dan saya suka denger tuh sesama orang Indonesia aja suka ada rumus kalau janjian, lebihin 1 jam dari waktu yang benernya hahahaha karena suka jam karet jadi biar telat pun sebenernya after 1 jam itulah waktu yang aslinya wkwkwkw koalahhh..

Terus orang Jepang HEMAT? Ya, hemat pakek bangett malah menurut saya. Tapi gak salah kok saya pun suka banget kalau bicara hemat-hematan wkwkwkwk, karena itu saya bisa sedikit nabung dicelengan bagong setiap hari, walau koinan sih hahaha. Yang paling deg bikin jantung saya mo copot adalah prilaku orang Jepang yang hemat dalam penggunaan air! Dan saya pun terimbas untuk mengikutinya! hihi

Nah, hemat dalam penggunaan air di rumah saya adalah, saya sengaja membeli mesin cuci yang bisa mengambil air bilasannya dari air bekas merendam di bath tub! hihi bingung ya, ya dulu sekitar 7 tahun yang lalu booming tuh mesin cuci model begini. Dibilangnya mesin cuci hemat air. Caranya, setiap kita mencuci di mesin cuci, biasanya ada 3 tahap penyedotan air dari kran, mesin cuci akan nyedot air kran ketika cucian mulai ngegiling untuk tahap pertama, dan selanjutanya nyedot air lagi untuk tahap ke 2 dan terakhir membilas bersih.

Nah mesin cuci hemat air ini bisa tuh nyedot bukan dari kran tapi ngambil dari air bath tub bekas semalem kita berendem (jangan salah loh sebelum berendem bath tub badan kita harus cuci bersih dulu, jadi gak pake acara sabunan, gosok daki di bath tub yah! haha oh ya itu termasuk manner mandi di Jepang!), tapi untuk bilasan terakhir tetep ya air kran yang dipakai. Namun terasa kok bedanya, bener-bener ngiriit air dan hemat biaya, jangan lupa cek tagihan air akhir bulan ya, seneng deh! hihihi Ohya, di Jepang tagihan bukan hanya pada air bersih yang ngocor aja loh, air yang dibuang pun kudu bayar!! jadi ada 2 tagihan air, kebayang dong kalau kita gak hemat, bangkrut krut krut..hihi

Kalau ngomong hemat di Jepang gak habis-habis, bukan hanya hal rumah tangga saja, tapi lihat deh itu anak-anak kecil Jepang, kalau main suka pada cangklongin dibadannya suito (tempat minum), ya hemat untuk jajan  jus dari vending machine! Untuk ibu-ibunya gak ketinggalan loh, kadang suka keintip tuh bekel onigiri yang diwrap pake aluminium foil dan gelas minum dalam tas imutnya hihi. Duh memang penuh perhitungan ya mereka, yang akhirnya secara tak sadar kita pun yang tinggal disini jadi ikutan terbiasa hidup ngirit dan hemat!

Berlaku jor-joran memakai uang untuk jajan ini itu yang terlihat menarik (laper mata) kayanya gak laku disini, bergaya mewah dan merasa gengsi kalau makan dan minum direstoran yang lagi booming juga tidak saya rasakan dalam kehidupan di Jepang. Semua terasa tenang dan damai, orang justru malu kalau telihat `wah` sendiri, jadinya ya itu masyarakat Jepang merasa aman kalau terlihat `sama`! Hanya satu pengecualian saja mereka akan bangga pamer dan heboh cerita sana sini, apa itu ? Ya, apalagi  kalau berkaitan dengan harga murah dan barang dengan lebel bisa menghemat!

Masih mengganggap orang Jepang Pelit?? hehehehe

Selamat belanja yang cerdas ya!

Salam hangat, wk

Image

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun