Perkenalkan saya Darinus Gulo, asal Medan, sumatera Utara, asli Nias, dan sedang proses pendidikan studi di kampus STTII PURWOKERTO, BANYUMAS, JAWA TENGAH. Saat ini saya sudah semester 5 dan akan memasuki semester 6.
Puji dan syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat bagi kita, dimana saya secara pribadi dapat diberikan kesempatan untuk menulis ini dan memberikan kesaksian kepada saudara-saudari yang akan melihat tulisan ini.
Dalam panggilanNya kita semua orang kristen sangat percaya dan mengimani bahwa panggilan Tuhan tidak membawa kita kepada suatu kegagalan, tentu itu menjadi sebuah hal yang berharga untuk menjadi seorang yang mau merelakan dirinya untuk hidup menjadi seorang hamba Tuhan yang mau sungguh sungguh mau Melayani dan takut akan Tuhan.
Waktu saya kecil, saya gereja di ONKP jemaat Medan, saya melihat seseorang yang sedang naik mimbar memakai jubah hitam dan menyampai pesan Tuhan kepada jemaat jemaat. Sewaktu waktu tidak tahu kenapa terlintas dalam pikiran saya, dan berkata dalam hati saya dengan optimis saya berkata "saya mau seperti orang itu" (pendeta). Dan pesan itu yang saya tanamkan dalam hati saya hanya saya yang tahu dan keluarga belum tau mengenai hal itu, saya seperti mendengar ini pesan Tuhan yang Tuhan letak di hati saya.
seiring waktu berjalan, saya menduduki jenjang SMP dan SMA ada banyak support dukungan dari teman teman bahkan guru untuk saya bisa mencapai akan hal itu, saya tidak tahu kenapa ada dukungan yang kuat untuk saya benar benar mau memberikan diri saya untuk mengabdi kepada Tuhan. Ya, sewaktu saya SMP dan SMA saya menjadi pribadi yang tidak suka banyak bicara tetapi suka mengamati dan cenderung suka memotivasi orang lain dan mendamaikan orang lain dalam aspek kekristen dan memakai dasar Alkitab sendiri.
Ketika saya sudah SMA pesan itu Masih terus melekat di hati saya, namun saya masi ragu dan bimbang kemana saya akan melangkah. Apalagi dalam waktu 2 tahun lebih Corona terus melonjak di Indonesia sehingga sistem pendidikan waktu itu kurang stabil dalam sebuah pembelajaran untuk para siswa/i.
Ketika saya sudah kelas 3 SMA, dan sudah hampir memasuki proses tahap ke jenjang lebih tinggi lagi, saya mulai berdoa dan berpikir serta bertukar pikiran kepada teman untuk sebuah pesan yang ada dihati saya untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Bahkan saya sudah komunikasi kepada keluarga, dan keluarga setuju atas hal apa yang saya ingin impikan, akan tetapi pada waktu itu saya melihat aspek uang kuliah yang cukup mahal ketika saya melihat berbagai kampus Teologi , sebab kampus itu adalah swasta bukan negeri.
Namun ketika ada ujian SBMPTN ( Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) saya dianjurkan keluarga untuk mencoba dahulu, walaupun saya bingung mau jurusan apa, karena di negeri tidak ada jurusan "kependetaan". Akan tetapi saya mencoba ambil jurusan teknik komputer serta kesehatan masyarakat.
Ketika saya mengambil jurusan tersebut, saya les beberapa bulan untuk mengembangkan kemampuan pengetahuan saya di bidang itu. Setelah berbulan bulan saya belajar dan terus belajar, dan tiba saatnya pengumuman tiba. Akan tetapi dan sungguh sangat disayangkan, pengumuman tersebut menyatakan saya tidak lulus di universitas negeri Medan dan universitas Sumatra Utara, karena banyak yang mencoba sehingga saya tidak mendapat bagian dalam hasil itu.
Kekecewaan sungguh ada, dan kesedihan juga sungguh sangat menyakitkan. Saya ke kamar dan menangis atas hasil yang telah saya lihat, dan keluarga juga sedih, akan tetapi ketika saya mengurung diri di kamar, Tuhan berkata lagi didalam hati saya untuk ikut dalam panggilanNya, seketika tangisan saya berhenti dan saya keluar dari rumah, dan berkata kepada kedua orang tua saya, " mama... Bapak..., saya mau sekolah pendeta" dengan optimis saya berkata hal itu dengan sungguh sungguh. Dan kedua orang tua saya senang karena ketika dalam sebuah kesedihan justru saya mau bangkit dan tidak larut dalam sebuah kesedihan yang ada.
2 Minggu yang akan datang, ada info dari Pusat untuk bagi siapa yang berminat dalam kuliah menjadi hamba Tuhan atau sekolah teologi. Dan disitu saya mencari tau semuanya, dan saya mendaftarkan diri di pusat untuk ikut serta mendaftar kuliah di  Sekolah tinggi teologi injili Indonesia purwokerto, Jawa Tengah.
Dengan hati yang sungguh sungguh, dan optimis, tidak terpikirkan bahwa kampus itu jauh dari keluarga, namun ada sedikit kesedihan yang sangat terasa ketika kita meninggalkan keluarga sementara waktu untuk memenuhi sebuah  panggilanNya yang berharga ini.
Dan tentu ketika saya sampai di sekolah tinggi teologi injili Indonesia purwokerto, hati merasa senang dan bahagia, hingga pada saat ini atas penyertaan Tuhan, saya bisa sampai tahap ini di semester 5 dan akan masuk ke semester 6 atas penyertaan Tuhan.